Bahkan sebelum kampanye berlangsung, tak sedikit yang memprotes keputusan Trump untuk menemui para pendukungnya secara langsung. Ini mengingat pandemik COVID-19 masih berlangsung di mana menurut para pakar kesehatan publik sebaiknya menghindari kerumunan di dalam ruangan, apalagi tak menjaga jarak dan tanpa masker.
Situasi tersebut yang tampak dari foto-foto yang beredar di media sosial.
Menariknya, muncul laporan bahwa pengguna TikTok dan fans K-Pop berada di balik banyaknya kursi kosong saat kampanye Trump. Laporan ini bersirkulasi di Twitter dengan beberapa orang tua mengaku anak mereka ikut menyabotase agenda calon presiden tersebut.
"Anak perempuan saya yang berumur 16 tahun dan teman-temannya di Park City Utah punya ratusan tiket (kampanye Trump)," tulis Steve Schmidt. "Anda telah dikerjai oleh remaja-remaja Amerika. @realDonaldTrump Anda telah digagalkan oleh tim Anda. Anda telah ditinggalkan oleh pendukung setia Anda. Tak ada yang suka mendukung tim yang kalah."
Sebuah video viral di TikTok disebut sebagai asal laporan itu. Video yang diunggah perempuan 51 tahun bernama Mary Jo Laupp pada 12 Juni itu berisi kritikan kepada Trump yang ngotot mengadakan kampanye di Tulsa. Ia pun meminta orang-orang mendaftar untuk bisa dapat tiket dan memastikan ada kursi-kursi kosong.
Hanya dengan memberikan nama dan nomor telepon palsu, seseorang bisa langsung memperoleh tiket. Kemudian, mereka bisa menolak untuk hadir saat kampanye. Beberapa akun fans K-Pop juga turut menyebarluaskan pesan tersebut.
Namun, tidak diketahui pasti apakah memang aksi pengguna TikTok dan fans K-Pop itu yang menyebabkan sedikitnya jumlah kehadiran pendukung di kampanye Trump. Tidak ada cara tertentu yang tersedia untuk mengetahui apakah laporan itu benar.
Sementara, kepada ABC News, kepala juru kampanye Brad Parscale menuding media-media memberitakan berita bohong soal Black Lives Matter dan pandemik COVID-19 sehingga membuat orang-orang batal hadir.
"Orang-orang kiri dan troll (tukang ledek) online merayakan kemenangan, berpikir mereka memengaruhi kehadiran kampanye, tak tahu apa yang mereka katakan atau bagaimana kampanye berlangsung," ujarnya.