Situasi di Timur Tengah terbilang semakin rumit. Ketika Palestina sangat membutuhkan bantuan dari negara-negara lain, salah satunya Arab Saudi, di waktu yang sama posisi Iran di regional juga masih dianggap mengancam.
Haaretz melaporkan pejabat senior dari militer Israel berkata kepada koran Arab Saudi bahwa kedua negara sudah menyepakati Iran sebagai "ancaman terbesar untuk regional". Bagi sebagian orang, ini bukan pernyataan yang mengejutkan.
Iran mendanai kelompok Hezbollah di Lebanon yang berambisi untuk menghancurkan negara Israel. Amerika Serikat sendiri menyebut kelompok itu sebagai organisasi teroris. Di saat bersamaan, Arab Saudi terlibat dalam perang proksi di Yaman di mana jejak campur tangan Iran juga ditemukan di sana.
Yaacov Nagel, mantan penasihat keamanan nasional Benjamin Netanyahu, berkata bahwa Arab Saudi sebenarnya sangat bersedia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel demi melawan Iran.
Bahkan, kata Nagel, Arab Saudi tidak peduli kesepakatan apa yang akan dicapai dengan warga Palestina asalkan bisa mengatasi ancaman Iran. "Mereka hanya harus berkata ada kesepakatan antara Israel dan Palestina, mereka tak peduli, mereka tak acuh dengan apa yang ada dalam perjanjian itu," ucapnya, dikutip dari The Telegraph.
Al Jazeera juga mempublikasikan artikel yang menyebutkan pejabat Arab Saudi dan Israel dilaporkan bertemu beberapa kali. Bahkan, Kepala Staf Perdana Menteri Israel Gadi Eizenkot berkata kepada Elaph bahwa negaranya siap membagi informasi intelijen tentang Iran kepada Arab Saudi.