Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Libya.(pixabay.com/jorono)
ilustrasi bendera Libya.(pixabay.com/jorono)

Jakarta, IDN Times - Jumlah korban tewas akibat banjir bandang di Libya timur terus bertambah. Kini korban tewas dilaporkan telah mencapai 11.300 orang.

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (16/9/2023), sekitar 10 ribu orang juga dikonfirmasi hilang. Kota yang paling parah terdampak adalah Kota Derna di mana mayoritas korban tewas juga berada di kota tersebut.

“Jumlah korban tewas masih bisa terus bertambah karena banyaknya kawasan yang tersapu banjir,” kata Wali Kota Derna, Abdel Moneim Al Ghaithi.

1. Ribuan jasad dikuburkan massal

Sementara itu, Derna terpaksa menguburkan ribuan jasad secara massal. Setidaknya, tiga ribu jasad sudah dikuburkan.

Sebagian besar korban tewas dikuburkan secara massal di luar Derna dan kota-kota terdekat.

“Tim penyelamat masih mencari korban-korban yang terjebak di reruntuhan bangunan terutama di pusat kota. Penyelam juga menyisir laut di dekat Derna,” ucap Al Ghaithi.

2. Akses ke Derna terhambat karena jembatan hancur

Akses bantuan ke Derna pun terhambat karena jalan dan jembatan hancur. Selain itu, listrik dan saluran telepon juga terputus di banyak wilayah.

Setidaknya, 30 ribu warga yang selamat kini kehilangan tempat tinggalnya dan sementara berada di tempat penampungan.

Derna yang terletak sekitar 300 kilometer dari Benghazi kini dikendalikan oleh Khalifa Haftar dan Tentara Nasional Lubya yang dipimpin parlemen berbasis timur oleh Osama Hamad.

Usai diguncang pemberontakan pada 2011 lalu, Libya memang terpecah menjadi Libya timur dan Libya barat. Saat ini, Libya barat dipimpin oleh Pemerintah Persatuan Nasional yang didukung oleh internasional.

3. Kegagalan infrastruktur memperparah kondisi Libya timur

Sejumlah pihak menduga bahwa pemerintah wilayah timur Libya mengabaikan infrastruktur dan pemeliharaan bendungan. Banjir bandang ini disebabkan oleh Badai Daniel yang membuat dua bendungan di Derna, jebol.

Dua bendungan tersebut juga diketahui tidak diurus dengan baik sejak 2002 silam.

Editorial Team