Personel militer AS. (Instagram.com/usnavy)
Pada Juni 2016, Obama secara resmi mencabut larangan transgender di tubuh militer AS. Peresmian pencabutan itu diumumkan secara terbuka oleh Menteri Pertahanan saat itu, yakni Ash Carter. Keputusan Obama menjadi keputusan bersejarah bagi komunitas transgender yang ingin bertugas melayani negara di bidang militer.
Survei yang pernah dilakukan oleh Departemen Pertahanan pada tahun 2016, ada sekitar satu persen, atau 8.980 personel militer yang aktif adalah transgender. Melansir dari laman NBC News, kelompok LGBTQ yang masuk dalam pasukan Cadangan Terpilih sekitar 5.727 orang. Jadi total anggota militer transgender AS, baik yang aktif bertugas atau cadangan pada tahun 2016 sekitar 14.707 orang. Nasib belasan ribu orang itu terancam ketika Trump menjabat.
Lalu ketika Donald Trump menjabat sebagai Presiden ke 45, pada Juli 2017 lalu, Donald Trump pernah mengunggah serentetan informasi di akun sosial media miliknya, bahwa orang transgender akan dilarang bertugas di militer “dalam kapasitas apa pun”. Trump membalikkan kebijakan presiden sebelumnya.
Meskipun, ada catatan penting bahwa pemerintahan era Donald Trump bukanlah “larangan” sepenuhnya, tapi pernyataan Donald Trump telah mencegah banyak orang transgender AS untuk mendaftar militer. Salah seorang letnan Angkatan Laut bernama Blake Dremman, yang juga advokat transgender adalah salah satu orang di tubuh militer AS yang sebenarnya menanti “larangan” Trump tersebut dicabut.