ilustrasi pistol (IDN Times/Mardya Shakti)
Melansir dari The Hill, serangan terhadap warga keturunan Asia telah meningkat selama 2020. Berdasarkan analisis data polisi yang dirilis oleh Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme di California State University, San Bernardino, menunjukkan bahwa kejahatan rasial anti-Asia di kota-kota terbesar AS naik sekitar 150 persen pada tahun 2020.
Ketika Trump masih menjabat sebagai presiden dia telah menggunakan istilah "virus Tiongkok" dan "virus Wuhan" untuk merujuk pada virus corona, yang oleh Gedung Putih telah menegaskan bahwa retorika Trump selama pandemi telah berkontribusi pada peningkatan serangan terhadap orang Amerika keturunan Asia.
Tanpa menyebut nama Trump, Wakil Presidem Harris dalam pidatonya mempersilahkan Biden menyebutkan orang-orang dalam posisi kekuasaan yang selama setahun terakhir telah "mengkambinghitamkan orang Asia-Amerika, orang-orang dengan mimbar terbesar menyebarkan kebencian semacam ini."
"Menyakiti salah satu dari kita adalah merugikan kita semua. Presiden dan saya tidak akan diam, kita tidak akan diam, kita akan selalu berbicara menentang kekerasan, kejahatan kebencian, dan diskriminasi di mana pun dan kapan pun itu terjadi," Kata Harris.
"Kami belajar lagi apa yang selalu kami ketahui, kata-kata memiliki konsekuensi," kata Biden kemudian. "Kebencian dan kekerasan sering kali tersembunyi di depan mata, sering bertemu dengan keheningan. Itu harus berubah karena diam kita adalah keterlibatan. Kita tidak bisa terlibat."
Melansir dari Al Jazeera, sejak terjadinya pandemi Stop AAPI Hate, sebuah kelompok yang dibentuk untuk memerangi peningkatan serangan selama pandemi, mengatakan telah mencatat lebih dari 2.800 akun tangan pertama kebencian anti-Asia pada tahun 2020.