Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
serangan Israel di Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
serangan Israel di Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Pasukan Israel telah bunuh 670 atlet Palestina sejak Oktober 2023

  • Jumlah orang yang meninggal akibat kelaparan mencapai 269 orang

  • Israel panggil 60 ribu tentara cadangan untuk serbu Kota Gaza

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel membunuh mantan pemain basket nasional Palestina, Mohammed Shalaan, pada Selasa (19/8/2025). Pria berusia 40 itu ditembak di pusat distribusi bantuan di Khan Younis, Gaza selatan saat berusaha mencari makanan dan obat-obatan bagi putrinya yang sakit, Maryam, dan seluruh keluarganya.

Menurut kantor berita WAFA, Maryam menderita gagal ginjal dan keracunan darah akut. Sebelum kematiannya, Shaalan berulang kali meminta bantuan medis bagi putrinya tersebut.

Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan para pelayat berkumpul di sekitar jenazah Shaalan, yang diselimuti dengan bendera Palestina dengan bunga di atasnya.

1. Pasukan Israel telah bunuh 670 atlet Palestina sejak Oktober 2023

Dijuluki al-Zilzal (dalam bahasa Arab berarti 'Gempa Bumi'), Shaalan merupakan salah satu tokoh terkenal di dunia olahraga Palestina. Ia pernah bermain untuk beberapa tim lokal, seperti Khadamat Al-Bureij, Khadamat Al-Maghazi, dan Khadamat Khan Younis, serta memperkuat tim nasional.

Shaalan adalah salah satu dari tiga anggota komunitas olahraga Palestina yang tewas pada Selasa. Dua lainnya adalah Salem al-Shaer, kepala divisi peralatan di Klub Pemuda Rafah, dan Ahmed al-Jawrani, mantan bintang Klub Olahraga Al-Salah, dilansir dari MEE.

Menurut pejabat olahraga Palestina, pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 670 atlet Palestina sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023. Awal bulan ini, mantan bintang sepak bola, Suleiman al-Obeid atau yang dijuluki "Pele Palestina" juga ditembak mati saat mengantre bantuan di pusat distribuasi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Amerika Serikat (AS).

Lebih dari 2 ribu warga Palestina telah dibunuh pasukan Israel ketika sedang mengantre bantuan di lokasi GHF. Lembaga tersebut mulai meluncurkan mekanisme distribusi bantuannya yang kontroversial pada 27 Mei, hampir tiga bulan setelah Israel memblokade masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Kelompok hak asasi manusia menuduh GHF ikut terlibat dalam kejahatan internasional.

2. Jumlah orang yang meninggal akibat kelaparan mencapai 269 orang

Dilansir Al Jazeera, tiga warga Palestina kembali meninggal akibat kelaparan di Gaza pada Rabu (20/8/2025). Dengan demikian, total kematian terkait kelaparan meningkat menjadi 269 orang, termasuk 112 anak, sejak Oktober 2023.

Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa kasus malnutrisi terus meningkat di Gaza akibat blokade bantuan yang dilakukan Israel.

“Ini bukan sekadar kelaparan. Ini adalah kondisi kelaparan parah. Malnutrisi adalah pembunuh dalam diam,” kata WFP, seraya menjelaskan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan perkembangan seumur hidup dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Alhasil, penyakit biasa pun dapat berakibat fatal.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyebutkan bahwa hampir satu dari setiap tiga anak Palestina di Kota Gaza kini mengalami kekurangan gizi. Pihaknya kembali menyerukan gencatan senjata segera untuk mengakhiri kondisi tersebut.

3. Israel panggil 60 ribu tentara cadangan untuk serbu Kota Gaza

Sementara itu, militer Israel mengumumkan akan memanggil 60 ribu tentara cadangan dalam beberapa minggu mendatang sebagai bagian dari rencana menduduki Kota Gaza. Seorang juru bicara militer mengatakan tahap pertama serangan telah dimulai.

Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, mengungkapkan keprihatinannya atas operasi militer di Kota Gaza. Menurutnya, langkah ini akan kembali memicu gelombang pengungsian massal terhadap warga yang telah berulang kali terusir sejak perang dimulai.

Keluarga para sandera Israel yang masih ditahan di Gaza juga mengecam persetujuan Kementerian Pertahanan Israel terhadap rencana merebut Kota Gaza. Mereka menuduh pemerintah mengabaikan proposal gencatan senjata yang telah disetujui Hamas, dan menyebut langkah tersebut sebagai tikaman di hati keluarga dan masyarakat Israel.

Sementara itu, Hamas mengatakan bahwa upaya militer Israel untuk merebut Kota Gaza menunjukkan bahwa Tel Aviv berencana melanjutkan perang brutal terhadap warga sipil, dengan tujuan menghancurkan kota tersebut dan mengusir penduduknya.

“Pengabaian Netanyahu terhadap proposal para mediator dan kegagalannya merespons membuktikan bahwa dialah penghalang sebenarnya bagi setiap kesepakatan. Ia tidak peduli pada nyawa (sandera Israel) dan tidak sungguh-sungguh mengupayakan kepulangan mereka,” kata kelompok Palestina tersebut.

Qatar dan Mesir mengatakan mereka masih menunggu tanggapan Israel terhadap proposal gencatan senjata, yang telah disetujui Hamas awal pekan ini. Proposal tersebut mencakup gencatan senjata selama 60 hari, pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, dan memperluas akses bantuan

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team