Sejak akhir Agustus lalu, Komisi HAM Inter-Amerika sudah melaporkan jika insiden tahun 2019 itu dan menyebutnya sebagai pembunuhan massal. Bahkan IACHR menyebutnya sebagai kejahatan HAM serius ketika terjadinya krisis sosial dan politik usai gagalnya pemilu tahun 2019.
Dilansir dari DW, beberapa personel militer dan petinggi kepolisian sedang dipersekusi terkait insiden pembunuhan massal di Sacaba dan Senkata, tapi sebagian di antaranya berhasil melarikan diri ke luar negeri.
Pada minggu ini, sejumlah kelurga korban, aktivis dan pejabat publik ikut dalam aksi demo di La Paz untuk meminta Kantor Kejaksaan mengeluarkan hasil investigasi tersebut. Namun investigasi akan diperpanjang terutama bagi kolaborator Áñez dan pemimpin oposisi.
Sedangkan pada 3 September lalu, polisi memutuskan mantan petinggi kepolisian Yuri Calderon sebagai salah satu orang yang bersalah. Pasalnya, Calderon sudah ditunjuk sejak masa pemerintahan Evo Morales sebelum mundurnya presiden Bolivia itu.
Terkait kudeta dan pembunuhan massal di Sacaba dan Senkata ini, Kejaksaan Bolivia sudah menahan 13 mantan pemimpin militer, dua mantan kepolisian dan tiga warga sipil, termasuk Áñez, dilapokan dari Market Research Telecast.