Ledakan bom di Afrin sebabkan enam tewas termasuk anak-anak. (Twitter.com/syria television)
Perang saudara di Suriah telah membuat lebih dari 300.000 orang kehilangan nyawa dan jutaan lainnya menjadi pengungsi. Sebagian besar pengungsi tersebut adalah perempuan dan anak-anak. Keterlibatan kekuatan-kekuatan asing telah membuat konflik di Suriah semakin rumit dan sulit terselesaikan.
Wilayah Afrin yang berada di bagian utara Suriah selama beberapa tahun dikuasai oleh kelompok milisi Kurdi dan pasukan pemberontak ISIS & ISIL. Namun pada tahun 2018, kota itu dibebaskan oleh Tentara Nasional Suriah yang didukung kuat oleh militer Turki dalam Operasi Zaitun.
Melansir dari laman The Syrian Observatory Human Rights (SOHR), serangan secara berkala terus dilakukan oleh kelompok YPG & ISIS ke kota Afrin untuk merebutnya kembali. Serangan bom mobil yang terjadi pada Sabtu sore hari (30/1) adalah salah satu upaya teror yang terus dilakukan oleh kelompok milisi.
Serangan itu dilakukan di dekat sebuah bengkel yang sibuk. Korban jiwa akibat serangan itu adalah seorang anak kecil, tiga warga sipil dan dua lainnya warga yang masih belum dapat dikenali. Menurut SOHR,Turki menuduh YPG adalah pihak yang telah melancarkan teror tersebut. Ledakan yang ditimbulkan terasa di seluruh distrik. Namun hingga saat ini, YPG belum memberikan komentarnya.
Pada awal Januari lalu, ledakan dari sebuah mobil berbahan peledak juga telah mengguncang kota Jindres juga di wilayah Afrin. Satu orang dilaporkan meninggal. Pada hari yang sama, bom mobil juga meledak di sebuah pasar tradisional dan menewaskan lima orang, dua diantaranya anak-anak. Konflik di Suriah acapkali membuat anak-anak yang tak tahu apa-apa menjadi korban kekerasan orang-orang dewasa.