ANTARA FOTO/REUTERS/Simon Dawson
Ayah Johnson, Stanley, merupakan salah satu birokrat Inggris yang dikirim ke Belgia ketika Uni Eropa masih menjadi komunitas ekonomi. Usia Johnson saat itu masih sembilan tahun. Kesempatan yang sangat sulit diperoleh wartawan biasa ini dinilai bisa menjadi bekal Johnson dalam melaporkan tentang Uni Eropa kepada publik Inggris dengan obyektif.
Akan tetapi, tanggung jawab di umur 25 tahun itu tak dijalankan dengan baik. Sejak awal, Johnson sudah menunjukkan skeptisisme terhadap Uni Eropa sebagai lembaga supranasional. Dalam laporan koresponden Uni Eropa dari The Independent pada 1995, para pejabat di Brussels mengenal Johnson sebagai wartawan yang "menyebarkan Euro-fobia di Inggris".
"Dia suka mengada-ada, mereka mengklaim, dan tulisan-tulisannya dipenuhi dengan materi sayap kanan untuk meluncurkan perang suci melawan plot Brussels untuk menguasai dunia," tulis The Independent. Beberapa tulisan Johnson tidak menyajikan fakta, melainkan ketakutan yang dilebih-lebihkan, kadang jelas suatu kebohongan.
Misalnya, ia pernah menulis Uni Eropa akan mengubah keong menjadi ikan. Kemudian, markas Uni Eropa akan diledakkan dan Brussels akan mengancam produksi sosis Inggris. Lagi, berkat latar belakang dari keluarga elit, meski sangat bias sebagai jurnalis, lima tahun kemudian ia kembali ke negaranya untuk menjadi editor The Spectator.