Jakarta, IDN Times - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengakui dalam proses uji klinis vaksin buatan Pfizer dan BioNTech ada enam relawan yang meninggal. Empat orang meninggal ketika diberi plasebo dan dua lainnya usai diberikan suntikan berisi vaksin.
Laman Politico Kamis, 10 Desember 2020 melaporkan, dua relawan yang meninggal dalam kelompok penerima vaksin COVID-19 bukan disebabkan oleh vaksin itu sendiri. Salah satu relawan diketahui memiliki penyakit yang disebut "immunocompromised", di mana sistem daya tahan tubuhnya lemah.
Informasi itu diketahui publik dalam laporan setebal 53 halaman berjudul "FDA Briefing Document Pfizer-BioNTech COVID-19 Vaccine" yang berisi laporan hasil uji klinis vaksin di tahap III. Di dalam dokumen itu diketahui respons imunitas tubuh pasien langsung cepat terbentuk usai suntikan dosis pertama diberikan.
Bila sudah diberikan maka efikasi vaksin ini mencapai 88 persen satu pekan usai diimunisasi dosis pertama. Sementara, efikasi dosis kedua vaksin Pfizer mencapai lebih dari 95 persen dan imunitasnya bertahan lebih lama. Efikasi yang dimaksud di sini yaitu manusia yang telah diberi vaksin Pfizer dan BioNTech seandainya terpapar COVID-19, hanya mengalami gejala ringan.
Panel penasihat FDA pun sudah melakukan pemungutan suara pada Kamis kemarin untuk membahas apakah izin penggunaan darurat (EUA) sebaiknya diberikan. Lalu, apa hasil pemungutan suara di panel tersebut? Apakah vaksin Pfizer dan BioNTech ini aman diberikan ke publik meski ada enam relawan yang meninggal dunia?
