Brexit atau Tidak Brexit: 5 Hal Penting soal Pemilu Inggris

London, IDN Times - Di tengah ketidakpastian masa depan menghadapi Uni Eropa, pemerintah Inggris kembali mengadakan pemilu yang berlangsung pada Kamis (12/12). Sejak pagi, media sosial sudah diramaikan dengan foto dan video yang memperlihatkan antrean mengular di depan tempat-tempat pemungutan suara di seluruh negeri Britania Raya itu.
Pemilu kali ini diwarnai suhu udara yang mencapai tujuh derajat Celcius dengan kondisi gerimis. Menurut prediksi Political Studies Association pada minggu ini, jumlah partisipasi pemilih ada di kisaran 66 persen. Ini lebih rendah dibandingkan pemilu pada Juni 2017 (69 persen) dan Referendum Uni Eropa atau Brexit pada Juni 2016 (72 persen).
Lalu, apa saja yang menjadi poin-poin penting dari pemilu di Inggris kali ini? Berikut rangkumannya:
1. Partai Buruh bertempur dengan Partai Konservatif yang sedang menguasai pemerintahan
Ada dua partai besar di Inggris yang kembali bertaruh sekarang ini, yaitu Partai Konservatif yang dipimpin Perdana Menteri Boris Johnson dan Partai Buruh yang diketuai Jeremy Corbyn. Kedua partai saling bersaing dalam ideologi politik.
Selain itu, ada juga Partai Liberal Demokrat, Partai Hijau, Partai Brexit, Partai Persatuan Demokratik, dan Partai Nasional Skotlandia yang menjadi peserta pemilu. Setiap warga Inggris berusia 18 tahun ke atas berhak menentukan pilihan mereka di tempat pemungutan suara yang buka sejak pukul 07.00 hingga 22.00.
Jika ada satu partai yang memenangkan lebih dari separuh kursi parlemen, partai tersebut bisa membentuk pemerintahan. Siapa pun ketuanya akan dinobatkan sebagai perdana menteri. Meski terdengar sederhana, tapi dalam dua pemilu terakhir ini sulit terjadi.
Artinya, tidak ada satu partai yang cukup kuat menguasai parlemen, sehingga perlu berkoalisi dengan partai lainnya. Pada 2010, Partai Konservatif memenangkan pemilu setelah menggandeng Partai Liberal Demokratik agar bisa membentuk pemerintahan.