Bukan hanya Putin, 4 Tentara Rusia pun Didakwa atas Kejahatan Perang

Jakarta, IDN Times - Invasi yang dilakukan Rusia tehadap Ukraina telah membuat negara itu dituduh melakukan kejahatan perang. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Vladimir Putin.
Namun, kini tidak hanya Putin yang dituduh melakukan kejahatan perang, tapi juga empat tentara Rusia. Mereka dituduh telah menculik dan menyiksa warga Amerika Serikat (AS) yang tinggal di Ukraina.
Tuduhan itu membuat para tentara itu didakwa oleh Departemen Kehakiman AS pada Rabu (6/12/2023). Dakwaan ini merupakan penuntutan pertama terhadap tentara Rusia sehubungan dengan kekejaman selama perang Ukraina.
Ini juga pertama kalinya AS menuntut berdasarkan undang-undang kejahatan perang yang disahkan pada 1996, mengkriminalisasi segala pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa yang melibatkan warga AS sebagai korban atau pelaku.
1. AS bekerja sama dengan ICC untuk menyelidiki kejahatan perang
Dilansir Associated Press, pada bulan Maret, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin. Dia dituduh bertanggung jawab secara pribadi atas penculikan anak-anak dari Ukraina.
Langkah yang diambil ICC telah ditanggapi oleh Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, yang mengatakan Rusia tidak mengakui ICC dan menganggap keputusan itu tidak sah secara hukum. Dia menyebut tindakan pengadilan tersebut keterlaluan dan tidak dapat diterima.
AS bukan anggota ICC, tapi Departemen Kehakiman telah bekerja sama dengannya dan mendukung jaksa Ukraina untuk melakukan penyelidikan kejahatan perang.
Sejak perang itu meletus, Jaksa Agung AS Merrick Garland telah secara terang-terangan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang. Departemen Kehakiman telah menugaskan jaksa federal untuk memeriksa potensi tuntutan pidana.
Pakar hak asasi manusia independen yang didukung oleh AS mengatakan telah menemukan bukti pasukan Rusia melakukan kejahatan perang yang, termasuk penyiksaan yang berakhir dengan kematian dan pemerkosaan terhadap perempuan berusia hingga 83 tahun.
2. AS berupaya menangkap para terdakwa
Dilansir BBC, dakwaaan ini diumumkan oleh Garland, yang mengatakan keputusan itu merupakan langkah penting menuju pertanggungjawaban atas perang ilegal rezim Rusia di Ukraina.
“Pekerjaan kami masih jauh dari selesai,” katanya, sambil mencatat bahwa Departemen Kehakiman menghabiskan waktu puluhan tahun untuk menyelidiki penjahat perang Nazi yang bermukim di AS.
“Departemen Kehakiman, dan rakyat Amerika, memiliki ingatan yang panjang. Kami tidak akan melupakan kekejaman di Ukraina. Dan kami tidak akan pernah berhenti berupaya untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan," tambahnya.
Keempat tentara tersebut masih buron, tapi telah berhasil diidentifikasi sebagai komandan Suren Seiranovich Mkrtchyan dan Dmitry Budnik, dan dua lainnya memiliki pangkat lebih rendah bernama Valerii dan Nazar.
Tuduhan terhadap mereka bersifat simbolis karena AS tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Rusia. Namun, warga Rusia yang menghadapi tuntutan pidana di AS sebelumnya telah ditahan saat mereka bepergian ke luar negeri. Jika tertangkap dan diadili mereka menghadapi hukuman maksimal penjara seumur hidup.
3. Penyiksaan yang dilakukan terhadap warga AS
Tuduhan kejahatan itu terjadi setelah pasukan Rusia merebut desa kecil Mylove di Sungai Dnipro pada April tahun lalu. Para terdakwa menculik warga sipil AS dari rumahnya, dan dilempar ke tanah dalam keadaan telanjang dengan tangan terikat di belakang punggung.
Warga AS itu kemudian dibawa ke penjara darurat di desa itu, di mana dia disiksa dan diancam dengan pelecehan seksual dan eksekusi.
Dakwaan terhadap para tentara itu mencakup penjelasan rinci tentang interogasi dan penyiksaan, dan jaksa mengatakan bahwa dalam beberapa kesempatan tentara mengatakan warga AS itu akan mati.
Dalam salah satu eksekusi yang dilakukan secara pura-pura, Nazar dan yang lainnya diduga memaksa korban hingga jatuh ke tanah, menodongkan pistol ke bagian belakang kepalanya, lalu menggerakkan pistolnya sedikit dan menembakkan peluru tepat melewati kepalanya.
Korban diduga juga dipaksa melakukan pekerjaan kasar seperti menggali parit untuk pasukan Rusia. Dia dibebaskan setelah 10 hari ditahan.