Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bentrokan.(pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi bentrokan.(pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Ketegangan di Tepi Barat meningkat seiring eskalasi konflik di Jalur Gaza. Sekitar 55 warga Palestina di Tepi Barat terbunuh dalam seminggu terakhir, buntut konfrontasi dengan pasukan Israel dan pemukim Yahud.  

Pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut pekan ini paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak 2005. Pada Jumat (13/10/2023) 16 warga Palestina tewas dalam berbagai insiden di wilayah tersebut.

Militer Israel mengatakan, mereka telah menangkap 220 orang dalam penggerebekan yang dilakukan di Tepi Barat. Sekitar 130 orang yang ditangkap termasuk anggota Hamas, yang telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak akhir pekan lalu ke Israel.

1. Warga sipil ditembak tanpa alasan yang jelas

Sejak Hamas melakukan serangan mematikan ke Israel pekan lalu, ribuan orang telah tewas dan ratusan lainnya ditangkap. Sementara, Israel telah menguasai Tepi Barat dengan penjagaan ketat, dengan menutup penyeberangan ke wilayah tersebut.

Aktivis hak asasi manusia, Samir Abu Shams, mengatakan pasukan Israel telah melanggar berbagai hukum internasional terutama Konvensi Jenewa. Aturan itu mengatur untuk tidak merugikan warga sipil dalam perang dan konflik bersenjata.

“Apa yang kita lihat hari ini adalah pasukan pendudukan memasuki wilayah sipil, menciptakan gesekan, dan menargetkan warga sipil dengan tembakan tanpa alasan apa pun,” kata Abu Shams dari Tulkarem.

“Sebagian besar kasus tembakan Israel terjadi terhadap warga sipil Palestina yang melewati jalan atau pergi ke tempat kerja mereka,” katanya.

2. Israel mendistribusikan senjata api kepada warganya

Rangkaian kekerasan terjadi karena Israel khawatir konflik semakin meluas, yang bisa memicu terjadinya perang multi-front. Terutama kemungkinan bergabungnya pasukan Hizbullah Lebanon dalam pertempuran tersebut.

Akan tetapi, warga Palestina berpendapat bahwa tindakan terbaru Israel di Tepi Barat hanya mengaburkan batas antara pasukan keamanan dan pemukim radikal yang melakukan serangan dan kekerasan. Pejuang Hamas yang berada di Tepi Barat melakukan serangan bawah tanah, karena ketatnya penjagaan Israel di wilayah tersebut.

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menanggapi serangan Hamas dengan mendistribusikan lebih banyak senjata kepada pemukim di daerah pendudukan. Dia juga menugaskan pemukim untuk menjaga keamanan.

Pada awal pekan, Ben-Gvir mengatakan bahwa kantornya telah mendistribusikan 10 ribu senjata api, peralatan tempur, dan rompi pelindung dan helm kepada warga sipil Israel. Bantuan diutamakan kepada pemukim Yahudi di Tepi Barat.

“Kami akan mengubah dunia sehingga pemukiman akan terlindungi. Saya telah memerintahkan persenjataan besar-besaran pada unit siaga sipil untuk melindungi pemukiman dan kota," kata dia, dikutip dari The Associated Press.

3. Pemukim Yahudi ancam warga Palestina di Tepi Barat

Bulan lalu, PBB melaporkan sekitar 1.100 warga Palestina mengungsi akibat kekerasan kepada pemukim tahun lalu. Jumlah tersebut merupakan angka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akhir-akhir ini, sekitar 200-300 warga Palestina telah mengungsi ke Wadi Seeq dan daerah lainnya. 

“Mereka pergi sekarang karena merasa tidak terlindungi sama sekali. Mereka sangat takut terhadap pemukim yang datang dan mengancam mereka,” kata ketua konsorsium, Allegra Pacheco.

Sebagian besar serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat datang dari pos-pos pemukim yang didirikan tanpa izin pemerintah, namun dilindungi oleh tentara Israel. Lebih dari 500 ribu pemukim Yahudi tinggal di hampir 150 permukian di Tepi Barat yang menjadi rumah bagi 2,5 juta warga Palestina.

Pada Sabtu, juru bicara militer Israel Daniel Hagari menyerukan para pemukim untuk mundur. Dia juga mengatakan bahwa tangung jawab atas kemanan di pemukiman dan jalan-jalan berada di tangan tentara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team