Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)
Melansir BBC, kecelakaan telah menimbulkan kemarahan dari mereka yang kritis terhadap kebijakan nol COVID Beijing. Kemarahan itu disampaikan di media sosial. Beberapa komentar populer di WeChat menyampaikan, "Kita semua ada di bus itu", dan komentar lain bertanya, "Kapan semua ini akan berhenti?".
Kecelakaan itu sempat menjadi topik yang banyak dibahas di Weibo, tapi segera menghilang dari 50 topik teratas. Beberapa unggahan kemarahan yang dibagikan di WeChat segera dihapus setelah publikasi.
Kebijakan nol COVID-19 menerapkan pengujian dan pelacakan massal. Mereka yang terinfeksi dan kontak dekat harus menjalani isolasi di rumah atau di fasilitas karantina. Penduduk di Beijing diharuskan antre untuk tes PCR setiap tiga hari, agar dapat mengakses gedung-gedung umum dan toko-toko
Kebijkan ketat China juga menerapkan pembatasan aktivitas di kota, meski hanya ada segelintir kasus.
Tindakan ketat China dalam menanggapi virus tersebut membuat negara itu menjadi satu-satunya ekonomi utama yang masih memprioritaskan perang melawan virus di atas segalanya.
Penanganan pemerintah dalam mengekang penyebaran virus corona telah menciptakan tantangan menjelang kongres lima tahunan Partai Komunis yang dimulai pada 16 Oktober. Pada momen itu, Presiden Xi Jinping disebut akan mengamankan masa jabatan yang ketiga.