Ribuan orang Kanada menghadiri demonstrasi #CancelCanadaDay pada hari Kamis (1/7) di beberapa kota besar di Kanada. Banyak dari mereka mengenakan pakaian warna oranye. (Twitter.com/The Sprawl)
Dalam beberapa waktu terakhir, ada temuan kuburan tak bertanda di dekat bekas sekolah asrama yang pernah dikelola oleh gereja Katolik. Jumlah sisa jenazah anak-anak diperkirakan hampir mencapai 1.000 orang di British Columbia dan Saskatchewan.
Temuan kuburan tak bertanda itu diyakini adalah kuburan anak-anak pribumi atau first nations, yang pada tahun 1900-an hingga tahun 1970-an dipaksa untuk masuk sekolah asrama yang dibiayai pemerintah Kanada dalam program asimilasi.
Namun dalam praktiknya, di sekolah asrama itu, ada banyak skandal kekerasan fisik dan seksual yang membuat anak-anak pribumi jadi korban. Banyak pula yang terkena penyakit dan meninggal. Temuan kuburan di dekat bekas sekolah asrama itu, membuka luka lama dan membuat komunitas pribumi Kanada merasakan sakit yang mendalam.
Episode program asimilasi pemerintah Kanada, menjadi salah satu episode kelam, di mana negara dituduh telah melakukan genosida pada pribumi. Dalam program asimilasi itu, lebih dari 150.000 anak-anak first nations dipaksa berpisah dari keluarganya untuk masuk ke sekolah asrama.
Karena temuan tersebut, maka ada kekecewaan mendalam dari publik tentang sejarah kolonial masa lalu Kanada. Banyak kota di Kanada, yang biasanya merayakan Hari Kanada pada 1 Juli, terpaksa menunda acara tersebut.
Melansir laman berita Reuters, tagar CancelCanadaDay sempat trending di media sosial Twitter Kanada. Demonstrasi #CancelCanadaDay di Toronto dan Ottawa menarik ribuan orang untuk mendukung korban sistem sekolah asrama yang pernah dibuat pemerintah Kanada.