Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Jakarta, IDN Times - China menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan persaingan tidak sehat atas persyaratan diskriminatif untuk subsidi kendaraan listrik. Hal ini membuat Beijing mengajukan keluhan tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS merumuskan kebijakan subsidi yang diskriminatif untuk kendaraan energi baru... mendistorsi persaingan yang adil, secara serius mengganggu rantai industri dan pasokan kendaraan energi baru global, dan melanggar peraturan WTO," kata Kementerian Perdagangan China pada Selasa (26/3/2024).

"China dengan tegas menentang hal ini. China mendesak AS untuk mematuhi peraturan WTO dan memperbaiki kebijakan industrinya yang diskriminatif," tambahnya, dikutip dari The Straits Times.

Negara-negara anggota WTO, dapat mengajukan keluhan mengenai praktik perdagangan anggota lain dan mencari bantuan melalui proses penyelesaian sengketa.

1. Sengketa perdagangan China-AS

Menurut aturan baru AS yang berlaku pada 1 Januari, pembeli mobil listrik tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak sebesar 3.750 dolar AS (Rp59,3 juta) hingga 7.500 dolar AS (Rp118,6 juta), jika mineral penting atau komponen baterai lainnya dibuat oleh perusahaan China, Rusia, Korea Utara, atau Iran. 

Kredit tersebut merupakan bagian dari undang-undang iklim yang ditandatangani Presiden AS Joe Biden, yang dikenal dengan nama Undang-Undang Pengurangan Inflasi 2022.

Di bawah aturan baru AS, hanya 13 dari lebih dari 50 mobil listrik yang dijual AS yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit.

Ini berarti turun dari sekitar dua lusin model pada 2023. Para produsen mobil telah berjuang untuk mendapatkan suku cadang yang akan membuat model mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit, dilansir Associated Press.

2. AS kerap batasi akses ekspor ke China

Pengumuman tersebut muncul, ketika kedua negara saling berselisih mengenai berbagai masalah perdagangan termasuk tarif, pembatasan teknologi canggih, dan aplikasi video Tik Tok, yang dinilai banyak politisi AS menimbulkan ancaman keamanan nasional.

Pada pertemuan rutin WTO tahun lalu, China meminta AS, Jepang, dan Belanda untuk mengkonfirmasi adanya kesepakatan antara ketiga negara tersebut yang membatasi ekspor semikonduktor ke Negeri Tirai Bambu.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Washington berupaya untuk mengeluarkan perusahaan-perusahaan China dari rantai pasokan yang menyediakan akses terhadap teknologi chip canggih. Pihaknya juga mendesak sekutu-sekutunya untuk mengadopsi langkah-langkah serupa.

3. China melampaui Jepang sebagai eksportir kendaraan terbesar di dunia

Ilustrasi kendaraan listrik. (pexels.com/Kindel Media)

Beijing merupakan pemain dominan dalam bidang baterai untuk kendaraan listrik, serta memiliki industri otomotif yang berkembang pesat sehingga dapat menantang produsen mobil terkemuka di dunia saat mereka mengglobal. Kekuatannya ada pada kendaraan listrik dan perusahaan-perusahaannya telah menjadi pemimpin dalam teknologi baterai.

Awal tahun ini, China menyalip Jepang sebagai pengekspor kendaraan terbesar di dunia. Menurut data Biro Bea Cukai negara itu menunjukkan bahwa China mengekspor 5,22 juta mobil pada 2023, yang mana satu dari tiga mobil di antaranya adalah model listrik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N