China-Asia Tengah Sepakat Tingkatkan Konektivitas Darat dan Udara

Jakarta, IDN Times - China dan lima negara Asia Tengah—Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan—menandatangani perjanjian peningkatan konektivitas transportasi darat dan udara dalam KTT China-Asia Tengah kedua di Astana, pada Selasa (17/6/2025).
Kesepakatan ini memperkuat kerja sama di bidang perdagangan, energi, dan infrastruktur, serta mendukung inisiatif Belt and Road. Presiden China Xi Jinping menegaskan komitmen Beijing membangun hubungan saling menguntungkan dengan kawasan yang kaya sumber daya ini.
1. Modernisasi transportasi darat
China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan sepakat mempercepat modernisasi pelabuhan dan mengevaluasi pembangunan pelabuhan baru guna meningkatkan efisiensi logistik lintas batas dan mengurangi ketergantungan pada jalur Rusia.
Salah satu proyek utama adalah jalur kereta China-Kyrgyzstan-Uzbekistan senilai 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp130,4 triliun) yang mulai dibangun Juli 2025 dan ditargetkan selesai pada 2030. Jalur ini menghubungkan Xinjiang dengan Uzbekistan melalui Kyrgyzstan, membuka koridor perdagangan ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa.
“Proyek ini akan mengubah Asia Tengah dari kawasan terkurung daratan menjadi pusat perdagangan yang terhubung,” ujar Djoomart Otorbaev, mantan Perdana Menteri Kyrgyzstan, dilansir Global Times.
Pada 2024, perdagangan China-Asia Tengah mencapai rekor 94,8 miliar dolar AS (Rp1,5 kuadriliun), naik 6 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong konektivitas darat seperti kereta barang China-Eropa dan Koridor Transportasi Internasional Trans-Kaspia.
2. Ekspansi penerbangan dan kebijakan visa
China dan negara Asia Tengah berkomitmen menambah penerbangan langsung guna mendukung mobilitas masyarakat dan bisnis. Air Astana meluncurkan rute Almaty-Guangzhou pada Jum'at (13/6/2025), meningkatkan jumlah penerbangan mingguan antara Kazakhstan dan China menjadi 84. Rute baru seperti Almaty-Chengdu dan Almaty-Shanghai dijadwalkan menyusul tahun ini.
China juga menyederhanakan prosedur visa. Perjanjian bebas visa dengan Uzbekistan yang berlaku sejak 1 Juni 2025 memungkinkan kunjungan hingga 30 hari tanpa visa.
“Kebijakan ini sangat memudahkan perjalanan, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah,” kata Chen Zhenhua, manajer agen perjalanan di Urumqi, dilansir Asia News Network.
Langkah ini sejalan dengan hasil Pertemuan Menteri Luar Negeri China-Asia Tengah di Almaty pada April 2025, yang menyepakati kemudahan lintas batas demi mendorong pariwisata, khususnya ke destinasi Jalur Sutra di Asia Tengah.
3. Kerja sama ekonomi dan stabilitas kawasan
Xi menyatakan bahwa kerja sama ini didasari semangat China–Asia Tengah yang menjunjung saling hormat, percaya, dan menguntungkan.
Dalam pertemuan dengan Presiden Turkmenistan Berdimuhamedov, pada Senin (16/6/2025), Xi mendorong kerja sama gas alam, diversifikasi perdagangan, dan pembangunan pusat budaya. Ia juga mengumumkan hibah 1,5 miliar yuan (Rp3,4 triliun) untuk proyek kesejahteraan di Asia Tengah tahun ini.
China kini menjadi mitra dagang utama Asia Tengah, dengan total perdagangan bilateral mencapai 286,42 miliar yuan (Rp649,7 triliun) dalam lima bulan pertama 2025, naik 10,4 persen dari tahun sebelumnya.
“China adalah mitra yang andal bagi pembangunan kami,” ujar Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, dilansir Global Times.
Di tengah kerja sama ini, Xi juga menyuarakan keprihatinan atas konflik Israel-Iran dan menyerukan deeskalasi demi menjaga stabilitas regional.