London, IDN Times - Mulai tahun 2021 ini, server Microsoft Exchange telah diretas. Sekitar 250.000 server menjadi korban serangan termasuk server milik sekitar 30.000 organisasi di Amerika Serikat dan 7.000 server di Inggris. Beberapa otoritas perbankan Eropa juga terdampak.
Informasi itu mulai ramai dibicarakan pada awal bulan Maret lalu. Saat itu, Microsoft menjelaskan bahwa peretas adalah sebuah kelompok bernama Hafnium yang berlokasi di China. Kelompok Hafnium oleh Microsoft Threat Intelligence Center (MSTIC) dianggap sangat terampil dan canggih.
Bulan Juli ini, Barat secara beramai-ramai menuduh bahwa China berada dibalik serangan itu. Barat, termasuk di antaranya Inggris dan Amerika Serikat mengatakan bahwa kelompok peretas itu memiliki afiliasi dengan Kementrian Keamanan Negara China.