China Eksekusi Mati Guru TK yang Racuni 25 Muridnya

Jakarta, IDN Times - Pengadilan di provinsi Henan, China, melaporkan bahwa seorang guru taman kanak-kanak China, yang telah meracuni 25 muridnya hingga menewaskan satu orang, telah dieksekusi pada Kamis (13/7/2023).
Wang Yun, perempuan berusia 40 tahun, ditangkap pada 2020 karena memasukkan natrium nitrit beracun ke dalam bubur yang disajikan untuk anak-anak di Pendidikan Prasekolah Mengmeng di Jiaozuo pada 27 Maret 2019. Tindakan itu dilakukannya usai terlibat perselisihan dengan sesama guru.
Insiden itu membuat puluhan murid muntah-muntah dan pingsan, serta menyebabkan banyak dari mereka harus dirawat di rumah sakit. Salah seorang murid bernama Wang meninggal akibat gagal organ setelah 10 bulan perawatan, sementara yang lainnya sembuh.
1. Pelaku juga pernah racuni suaminya
Itu bukan kali pertama Wang melakukan upaya peracunan. Dua tahun sebelumnya, dia juga pernah meracuni suaminya dengan zat yang sama yang dia beli secara online. Namun, suaminya selamat dengan luka ringan.
Wang Yun awalnya dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara atas tindakannya meracuni murid-muridnya, namun hukuman itu kemudian diubah menjadi hukuman mati. Pengadilan mengatakan konsekuensi dari kejahatannya sangat serius, sehingga dia pantas dihukum berat.
China diyakini telah mengeksekusi lebih banyak tahanan setiap tahunnya daripada gabungan negara-negara lain di dunia, meski angka sebenarnya dirahasiakan. Sebagian besar hukuman dilakukan dengan cara ditembak, namun dalam beberapa kasus suntik mati juga diterapkan.
2. Serangan terhadap anak-anak di sekolah makin mengkhawatirkan
Serangan terhadap murid anak-anak telah menjadi tren yang mengganggu China dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Senin (10/7/2023), pria berusia 25 tahun menyerang beberapa murid di taman kanak-kanak dengan pisau di provinsi Guangdong. Akibatnya, enam orang tewas dan satu lainnya terluka.
Pada 2020, seorang penjaga sekolah juga dituduh melukai 39 orang dengan pisau.
3. Minimnya dukungan dari layanan kesehatan mental
Mengutip Associated Press, beberapa ilmuwan sosial mengatakan, serangan yang terjadi di sekolah akibat minimnya sistem kesehatan mendiagnosis dan mengobati penyakit mental.
Dengan daya finansial yang melambat, kelelahan bekerja dan faktor ekonomi lainnya juga berdampak pada rusaknya mental banyak orang.
China juga menghadapi angka kelahiran yang anjlok dan populasi yang menurun, alhasil serangan terhadap siswa sekolah tentu menambah beban bagi negara. Hal ini kemungkinan menjadi pertimbangan bagi pengadilan untuk menghukum mati Wang.