Sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia, China membutuhkan banyak energi untuk menggerakkan industrinya. Salah satu bahan bakar energi yang murah adalah batu bara. Tapi bahan tersebut sangat kotor karena menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah banyak.
China pada tahun 2020 lalu tercatat mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara sebanyak 53 persen dari total jumlah global. Dilansir dari Deutsche Welle, instalasi listrik itu mencapai 38,4 giga watt dan berarti lebih dari tiga kali lipat jumlah yang dibangun oleh seluruh dunia.
Janji Xi Jinping yang tidak akan biayai proyek pembangunan batu bara luar negeri memang dianggap angin segar. Namun menurut Byford Tsang, seorang pakar dari lembaga E3G, sebuah lembaga pemikir perubahan iklim, janji itu bukan berarti lonceng kematian bagi batu bara.
Dilansir dari Associated Press, Tsang menjelaskan Xi Jinping tidak menyebutkan rincian seperti kapan efektif janji tersebut berlaku. Selain itu, menurutnya yang lebih penting adalah China tidak bangun pembangkit listrik baru di dalam negeri dan segera menutup yang lama.
Di masa depan, bauran energi fosil dan energi terbarukan yang ramah lingkungan masih akan terlihat. Itu karena, menurut Chris Field, direktur lingkungan Stanford University, "pembangkit listrik batu bara biasanya beroperasi selama 50 tahun atau lebih."