Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kota Terlarang (Forbidden City), Beijing, China. (unsplash.com/Ling Tang)
Kota Terlarang (Forbidden City), Beijing, China. (unsplash.com/Ling Tang)

Jakarta, IDN Times - China mengumumkan akan menaikkan usia pensiun secara bertahap, yang kini menjadi salah satu yang terendah di dunia. Kebijakan ini adalah upaya untuk mengatasi dampak dari populasi yang menua dengan cepat dan krisis dana pensiun. Rencana tersebut diperkirakan akan selesai pada 2029.

Saat ini, usia pensiun bagi laki-laki di China adalah 60 tahun, sementara bagi perempuan yang bekerja kantoran 55 tahun, dan 50 tahun bagi perempuan yang bekerja di pabrik. Kenaikan usia pensiun menjadi hal yang mendesak, seiring angka harapan hidup di negara tersebut meningkat menjadi 78 tahun pada 2021, dari sekitar 44 tahun pada 1960.

"Sejalan dengan prinsip partisipasi sukarela dengan fleksibilitas yang sesuai, kami akan memajukan reformasi untuk secara bertahap menaikkan usia pensiun menurut undang-undang dengan cara yang bijaksana dan tertib," bunyi pernyataan Partai Komunis China yang berkuasa pada Minggu (21/7/2024), dikutip dari Reuters.

1. China alami krisis dana pensiun dan penuaan populasi

Menurut data Kementerian Keuangan Beijing, 11 dari 31 yurisdiksi tingkat provinsi di China mengalami defisit anggaran pensiun. Akademi Ilmu Pengetahuan China yang dikelola pemerintah memperkirakan, sistem pensiun negara itu akan kehabisan uang pada 2035.

Saat ini, setiap pensiunan di China ditopang oleh iuran lima pekerja. Rasio ini turun setengah dibandingkan sepuluh tahun yang lalu dan cenderung menuju 4 banding 1 pada 2030 dan 2 banding 1 pada 2050.

Para ekonom mengatakan sistem pensiun Negeri Tirai Bambu saat ini, yang bergantung pada menyusutnya angkatan kerja aktif untuk membayar dana pensiun bagi semakin banyak pensiunan, tidak berkelanjutan dan perlu direformasi.

Selain itu, populasi China juga telah menyusut selama dua tahun terakhir, dengan 2023 menandai angka kelahiran terendah sejak berdirinya Negara Komunis itu pada 1949. Otoritas kesehatan nasional memperkirakan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas akan meningkat dari 280 juta menjadi lebih dari 400 juta pada 2035.

2. Pro kontra kebijakan batas usia pensiun

ilustrasi pekerja (pexels.com/Pixabay)

Media sosial China bereaksi keras terhadap perubahan usia pensiun. Banyak dari mereka yang mengungkapkan ketidakpuasannya atas prospek tertundanya akses terhadap dana pensiun.

Selain itu, para pemuda juga mengeluhkan akan mempunyai lebih sedikit pekerjaan jika pekerja yang lebih tua bertahan dalam angkatan kerja lebih lama.

"Harap diperhatikan, menunda usia pensiun hanya berarti Anda tidak dapat menerima pensiun sampai sangat terlambat. Itu tidak menjamin Anda masih memiliki pekerjaan sebelum itu!" tulis salah satu komentar yang paling banyak disukai di media sosial Weibo. 

Meski demikian, seorang ahli demografi dari Pusat Studi Kependudukan dan Pembangunan Universitas Renmin China, Song Jian, berpendapat bahwa penerapan kesukarelaan dan fleksibilitas sebagai prinsip untuk menaikkan usia pensiun untuk pertama kalinya merupakan kemajuan besar, dilansir Global Times.

Selain itu, penasihat senior di Dana Populasi Pembangunan PBB, Michael Herrmann, mengatakan sebagian besar negara telah meningkatkan usia pensiun sebagai respons terhadap tekanan demografis untuk menjaga dana pensiun dan memperlambat potensi penyusutan angkatan kerja. Dia menilai kebijakan Beijing sangat masuk akal.

3. Tingkat pengangguran yang tinggi memperparah krisis populasi China

ilustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)

Dilansir dari CNN, tingkat pengangguran di kalangan pemuda China telah melonjak ke tingkat tertinggi dalam sejarah setelah pandemik COVID-19. Bahkan, setelah pembatasan sosial dicabut, pengusaha terus menarik kembali perekrutan pekerja karena perekonomian yang melambat.

Tindakan keras pemerintah terhadap sektor-sektor mulai dari teknologi dan properti, yang dahulu paling banyak menyerap lulusan perguruan tinggi, telah menghilangkan banyak pekerjaan yang tersedia di pasar.

Kurangnya lapangan kerja berkualitas dapat memperparah krisis populasi di China. Meski pemerintah melonggarkan batasan jumlah anak, meluncurkan kampanye nasional untuk mendorong keluarga memiliki lebih banyak anak, dan menawarkan kemudahan finansial, keinginan masyarakat untuk memiliki anak hampir menjadi yang terendah di dunia.

"Anak muda sulit mendapatkan pekerjaan, tapi orang lanjut usia tidak diperbolehkan pensiun. Apa yang Anda lakukan? Beraninya (Anda) mendorong orang untuk memiliki tiga anak?" tulis pengguna Weibo yang menyoroti rencana pemerintah untuk meningkatkan populasi China yang semakin berkurang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team