Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tentara Armenia yang hendak dikirim ke Kazakhstan sebagai pasukan perdamaian CSTO. (twitter.com/ArmeniaMODTeam)
Tentara Armenia yang hendak dikirim ke Kazakhstan sebagai pasukan perdamaian CSTO. (twitter.com/ArmeniaMODTeam)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Armenia pada Selasa (19/7/2022) mengumumkan akan menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh. Hal ini diungkapkan bersamaan dengan berlangsungnya perundingan damai antara kedua negara dalam beberapa bulan terakhir.  

Armenia dan Azerbaijan diketahui sudah terlibat konflik berkepanjangan terkait klaim soal Nagorno-Karabakh sejak memisahkan diri dari Uni Soviet. Pada 2020, keduanya terlibat peperangan selama enam minggu dan menyebabkan setidaknya 6.500 orang tewas. 

1. Armenia akan menarik seluruh pasukannya

Keputusan penarikan seluruh pasukan di Nagorno-Karabakh diungkapkan oleh Armen Grigoryan selaku Kepala Keamanan Armenia. Hal itu sesuai dalam perjanjian perdamaian yang diprakarsai Rusia dan mengharuskan Armenia untuk menarik pasukannya. 

"Unit tentara Armenia sudah kembali ke Armenia secara bertahap setelah keputusan gencatan senjata oleh kedua belah pihak. Proses ini hampir selesai secara keseluruhan dan diperkirakan akan berakhir pada September nanti," tutur Grigoryan. 

Sementara itu, Grigoryan menambahkan bahwa sejumlah pasukan separatis Armenia masih tetap berada di Nagorno-Karabakh. Nantinya, pasukan perdamaian Rusia akan menjamin keamanan dari etnis Armenia di lokasi yang dikuasai Azerbaijan tersebut. 

2. Armenia dan Azerbaijan adakan pertemuan bilateral pertama di Georgia

Pada Minggu (16/7/2022), Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan resmi mengadakan pertemuan bilateral pertama sejak berakhirnya perang Nagorno-Karabakh pada 2020. Dialog yang digelar di Tbilisi, Georgia itu berlangsung selama tiga jam. 

Sesuai keterangan dari Kementerian Luar Negeri Armenia, Menlu Armenia, Ararat Mirzoian dan Menlu Azerbaijan, Ceyhun Bayramov membicarakan berbagai isu yang berkaitan dengan normalisasi hubungan kedua negara. 

Dilaporkan RFE/RL, Mirzoian juga menegaskan posisinya bahwa Armenia menginginkan solusi politik terkait konflik Nagorno-Karabakh. Pihaknya juga yakin ini merupakan hal yang penting, demi menstabilkan dan melanjutkan perdamaian di regional Kaukasus.  

Di sisi lain, Bayramov menginginkan percepatan penarikan pasukan Armenia dari seluruh teritori Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh. Pasalnya, sebagian wilayah Nagorno-Karabakh masih berada di bawah kontrol Armenia. 

3. Azerbaijan berniat memulangkan penduduk Nagorno-Karabakh

Pemerintah Azerbaijan pada Selasa juga telah memulai proses pemulangan warga ke tempat tinggalnya yang diambil alih oleh separatis Armenia. Pemerintah menyebut kebijakan ini dengan 'The Great Return' setelah berakhirnya perang di Nagorno-Karabakh. 

Melalui program itu, Azerbaijan berjanji untuk mengembalikan semua warga agar bersedia mengisi populasi di Nagorno-Karabakh. Hal ini bersamaan dengan keberhasilan Presiden Ilham Aliyev untuk mengambil kembali wilayah yang direbut pada 1990-an oleh pasukan Armenia, dilaporkan VOA News

Menurut keterangan dari pemerintah setempat, terdapat sekitar 60 orang yang kembali ke rumahnya setelah harus pergi pada 1993. Mereka kabur usai separatis etnis Armenia merebutnya dari Azerbaijan dan menyulut timbulnya konflik bersenjata berkepanjangan. 

"58 orang sudah kembali ke Distrik Zangilan yang berhasil direbut oleh Azerbaijan pada Oktober 2020. Lebih dari 300 ribu etnis Azeri meninggalkan Zangilan pada 1993. Sementara ini, sudah ada 41 keluarga yang akan kembali dan dalam beberapa hari ke depan, Desa Agally di Zangilan akan dibangun kembali," tutur Vahid Hajiyev selaku perwakilan presiden di Nagorno-Karabakh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team