Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berpelukan usai bertemu di Panmunjom, Korea Selatan, pada 27 April 2018. ANTARA FOTO/The Presidential Blue House/Handout via REUTERS
Setahun usai Deklarasi Panmunjom ditandatangani, Korea Utara sempat mengancam akan benar-benar memutus hubungan dengan Korea Selatan. Ini disebabkan oleh relasi yang tetap tidak stabil antara Seoul dan Pyongyang.
Apalagi Kim juga sempat berseteru dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump walau pernah ada pertemuan bersejarah antara kedua negara di Singapura dan Vietnam. Banyak poin dalam deklarasi yang gagal dicapai, mulai dari peresmian berakhirnya konflik hingga denuklirisasi Semenanjung Korea.
Presiden Moon sendiri mengatakan pada Senin (27/4), bahwa pihaknya tetap berkomitmen memenuhi kesepakatan.
"Deklarasi Panmunjom membuka pintu perdamaian, tapi dua tahun sejak itu memperlihatkan bahwa perdamaian tak bisa dicapai dalam semalam," kata Moon, seperti dikutip The Korean Herald.
Menurutnya, kegagalan mewujudkan Deklarasi Panmunjom sejauh ini bukan karena tidak adanya niat politik dari masing-masing negara, melainkan batasan internasional. Ia pun mengaku mencari cara "paling realistis" untuk menjalin hubungan baik dengan Korea Utara. Ia lalu menyinggung soal pandemik COVID-19.
"Krisis COVID-19 bisa jadi kesempatan baru bagi kerja sama antar-Korea. Saat ini, itu adalah tugas paling mendesak dan penting," lanjutnya.
Korea Utara sendiri masih sangat enggan untuk membuka diri terhadap bantuan Korea Selatan. Pembukaan kembali jalur kereta api antar-kedua negara juga masih belum terealisasi.