Secara diplomatik, China mengakui kepemimpinan Ashraf Ghani di Afghanistan. Tapi ketika penarikan semua pasukan AS semakin dekat, China telah menjalin hubungan yang baik dengan Taliban karena memprediksi bahwa kelompok tersebut memiliki peran penting yang diperhitungkan untuk stabilitas Afghanistan.
Jadi, China menjalin hubungan baik dengan pemerintah resmi Afghanistan dan sekaligus Taliban yang dianggap kelompok pemberontak.
China sendiri telah lama tidak suka dengan keberadaan AS di "halaman belakang rumahnya" ketika menginvasi Afghanistan. Tapi kini ketika Taliban memiliki kemajuan yang signifikan dan China berhasil menjalin hubungan baik, maka akan terbuka koridor strategis yang memungkinkan Afghanistan terhubung dengan Pakistan.
Menurut Associated Press, Pakistan dipandang sebagai kunci perdamaian di Afghanistan. Kepemimpinan Taliban bermarkas di Pakistan, dan Islamabad telah menggunakan pengaruhnya untuk menekan Taliban agar membicarakan perdamaian.
Wang Yi dari China berharap Taliban akan mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat dan fokus pada pembicaraan damai, menetapkan tujuan perdamaian, membangun "citra positif" dan bekerja untuk persatuan di antara semua faksi dan kelompok etnis.
Tapi memang dapat dibilang bahwa hubungan China dengan Taliban akan jadi hubungan yang aneh. Di sisi China, negara itu menggunakan ideologi komunisme yang atheis sedangkan Taliban di sisi lain, memiliki ideologi kebertuhanan yang banyak dipandang ekstrim.
Reid Standish dari Gandhara, media cabang Radio Free Europe/Radio Liberty di Afghanistan melihat perhatian utama China di Afghanistan adalah stabilitas. China memang memiliki kekhawatiran karena melihat Afghanistan sebagai surga bagi kelompok ekstrimis seperti al-Qaeda dan ISIS.
Namun Beijing juga disebut memiliki harapan investasi masa depan dan upaya yang lebih dalam untuk mengintegrasikan Afghanistan dalam proyek Belt and Road Initiative, yang kini telah dibangun di beberapa negara, terutama di Pakistan, negara yang memiliki hubungan mesra dengan China.