Menurut jajak pendapat dari Roy Morgan, hampir dua pertiga warga Australia menganggap bahwa 26 Januari harus diperingati sebagai “Hari Australia”. Sementara sisanya memilih untuk memperingati “Hari Invasi”.
Meskipun terjadi perbedaan pandangan dari sejumlah warga, beberapa perusahaan Australia telah menerapkan fleksibilitas untuk mengatasi masalah itu.
Diketahui Telstra Corp Ltd, perusahaan telekomunikasi terbesar Australia, pada tahun ini memberikan opsi kepada stafnya untuk bekerja pada 26 Januari dan menggantikan hari liburnya sesuai tanggal yang diinginkan.
“Bagi banyak orang Bangsa Pertama, Hari Australia ... menandai titik balik yang menyaksikan hilangnya nyawa, budaya diremehkan, dan hubungan antara orang dan tempat hancur,” tulis kepala eksekutif Telstra, Vicki Brady, dilansir Al Arabiya.
Diketahui lebih dari 880 ribu penduduk asli Aborigin mengalami ketimpangan sosial dan ekonomi dari total 25 juta penduduk Australia. Liburan itu terjadi saat pemerintahan Albanese merencanakan suatu referendum.
Rencana itu ditujukan agar orang pribumi bisa diakui secara konstitusi. Sekaligus berdiskusi dengan mereka untuk mewujudkan aturan yang akan mempengaruhi masa depan para pribumi.