Sejauh ini tidak ada rincian yang menyebutkan identitas para korban tewas. Tidak diketahui apakah mereka berasal dari pihak pasukan keamanan atau dari masyarakat sipil.
Sebagian besar demonstran adalah pendukung partai oposisi Wadani dan UCID. Mereka turun ke jalanan di tiga kota besar, Hargeisa, Erigavo, dan Burao. Mereka memasang penghalan jalan, membakar ban dan melempari mobil dengan batu.
Melansir VOA News, rusuh itu bermula ketika pasukan keamanan mencoba membubarkan massa dan menembakkan peluru tajam, kata saksi mata. Bentrokan terburuk terjadi di ibu kota Hargeisa dengan tiga warga sipil tewas.
Ketua partai UCID, Faisal Ali Warabe, mengatakan bahwa oposisi mempraktikkan kebebasan berkumpul dan menuduh pemerintah berada di balik kekerasan itu.
"Kami hanya menjalankan hak demokrasi kami dan tidak ada yang bisa membungkam kami. Pemerintah telah membuat situasi memburuk ke titik ini dan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi," kata Warabe.
"Saya ulangi lagi dan lagi, Presiden Abdi dan partai Kulmiye-nya tidak ada niat untuk mengadakan pemilihan presiden. Jika pemilihan tidak diadakan pada 13 November, kami tidak akan lagi mengakui dia sebagai presiden yang sah," kata Abdirahman Mohamed Abdullahi, pemimpin partai oposisi Wadani.