Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Istri PM Nepal Tewas Terbakar
Protes Gen Z di Nepal semakin meluas. (X.com/@TheKathmanduPost)

Intinya sih...

  • Demonstrasi di Nepal semakin rusuh, massa membakar bangunan termasuk gedung Parlemen.

  • Istri mantan perdana menteri Nepal tewas saat rumahnya dibakar oleh massa yang marah.

  • Pengunduran diri Perdana Menteri Nepal dan bentrok dengan aparat keamanan menelan korban jiwa, 22 orang tewas dan hampir 200 lainnya luka-luka.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Demonstrasi di Nepal semakin rusuh dan mencekam. Massa membakar sejumlah bangunan, termasuk gedung Parlemen negara itu.

Dikutip Times of India, Rabu (10/9/2025), istri mantan perdana menteri Nepal, Jhala Nath Khanal, tewas saat rumahnya dibakar warga yang marah pada Selasa (9/9/2025). Istri eks PM itu bernama Rajyalaxmi Chitrakar kritis karena terbakar dalam peristiwa tersebut.

Menurut sumber keluarga, Chitrakar di dalam rumah ketika pendemo membakar gedung itu. Dia dilarikan ke RS Kirtipur Burn dalam kondisi kritis, tapi dengan luka bakar yang diderita nyawanya tak bisa diselamatkan.

Sementara itu, laman Al Jazeera melaporkan, para pengunjuk rasa juga membakar gedung pemerintah dan rumah politisi. Saksi mata mengatakan para pengunjuk rasa membakar ban, melemparkan batu, dan membakar rumah beberapa politisi.

Media lokal juga melaporkan helikopter militer dikerahkan mengevakuasi para menteri dari rumah-rumah yang terkepung massa. Massa juga menggeledah kediaman Perdana Menteri dan membakar kompleks pemerintahan Singha Durbar, yang mencakup Gedung Parlemen dan kementerian-kementerian utama.

Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, juga resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (9/9/2025). Alasannya mundur adalah untuk membuka jalan bagi solusi konstitusional atas krisis nasional.

Bentrok dengan aparat keamanan menelan korban jiwa. Setidaknya 22 orang tewas dan hampir 200 lainnya luka-luka dengan sebagian akibat luka tembak.

Demo dipicu oleh keputusan pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial pekan lalu, dengan alasan perusahaan-perusahaan tersebut gagal mendaftar sesuai regulasi baru. Regulasi itu mengharuskan adanya perwakilan resmi di Nepal, pejabat kepatuhan, serta sistem penanganan keluhan pengguna.

Publik memandang hal tersebut sebagai upaya membungkam suara kritis, terutama dari kalangan muda yang aktif mengkritisi praktik korupsi elite politik. Bagi mahasiswa, larangan tersebut juga berdampak langsung pada pendidikan, karena sebagian besar kuliah dan materi belajar dilakukan secara daring.

Editorial Team