Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Donald Trump (https://unsplash.com)
Presiden Donald Trump (https://unsplash.com)

Intinya sih...

  • Pemerintah Pakistan dan Israel menominasikan Trump sebagai mediator kunci dalam meredam konflik militer dengan India dan menjaga keamanan global di Timur Tengah.

  • Negara-negara yang secara terbuka menominasikan Donald Trump untuk Nobel Perdamaian 2026 antara lain Pakistan, Israel, Kamboja, Armenia, Azerbaijan, Rwanda, dan Gabon.

  • Dukungan dari negara-negara pemimpin rezim otoriter menimbulkan kontroversi karena dianggap hanya syarat kepentingan politik. Namun, beberapa pihak melihat pengejaran perdamaian yang konsisten oleh Trump selaras dengan visi Alfred Nobel.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Dukungan terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2026 semakin menguat. Gedung Putih merilis daftar pemimpin dari tujuh negara yang secara resmi menominasikan Trump atas peranannya dalam mediasi berbagai konflik global. Dilansir Tasnim News Agency, pada Rabu (13/8/2025), negara-negara tersebut menilai Trump berhasil menjaga stabilitas di kawasan rawan konflik.

Namun, pencalonan ini menimbulkan perdebatan luas. Beberapa pemimpin yang menominasikan Trump justru berasal dari rezim otoriter dan bahkan menghadapi tuduhan kejahatan perang. Hal ini memunculkan kontroversi, sebagaimana dicatat Newsweek, karena dukungan dari figur bermasalah dapat mempersulit simbolisme penghargaan Nobel yang dianggap sebagai puncak diplomasi internasional.

1. Alasan di balik dukungan

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Terpilih Donald Trump. (commons.wikimedia.org/ The White House)

Pemerintah Pakistan menjadi yang pertama mengusulkan Trump pada 20 Juni, menyebutnya sebagai mediator kunci yang berhasil meredam konflik militer dengan India. “Intervensi diplomatik Trump sangat menentukan dan berperan penting dalam gencatan senjata,” tulis pernyataan resmi Islamabad.

Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menominasikan Trump pada 8 Juli. Ia menilai Trump berperan besar menjaga keamanan global, khususnya di Timur Tengah. Namun, pencalonan Netanyahu memicu kritik tajam karena catatan pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina, yang bahkan membuat Mahkamah Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya.

Ada pula dukungan dari PM Armenia, Nikol Pashinyan. “Saya pikir Presiden Trump pantas mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian, dan kami akan mempromosikannya,” ujar Pashinyan pada pertemuan di Gedung Putih.

2. Daftar negara yang menominasikan Trump

ilustrasi peta dunia (unsplash.com/Sam Albury)

Berikut adalah daftar negara beserta pemimpinnya yang secara terbuka menominasikan Donald Trump untuk Nobel Perdamaian 2026:

  1. Pakistan – atas peran mediasi konflik dengan India.

  2. Israel – lewat surat resmi dari PM Benjamin Netanyahu.

  3. Kamboja – melalui PM Hun Manet atas perdamaian di perbatasan Thailand.

  4. Armenia – PM Nikol Pashinyan mendukung setelah kesepakatan damai dengan Azerbaijan.

  5. Azerbaijan – Presiden Ilham Aliyev mendukung usai perjanjian damai di Gedung Putih.

  6. Rwanda – Menteri Luar Negeri, Olivier Nduhungirehe menyebut Trump pantas meraih Nobel.

  7. Gabon – Presiden Brice Oligui Nguema menilai Trump berhasil membawa stabilitas di Afrika Tengah.


3. Kontroversi dan bayangan politik

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. (X.com/PM's Office of Cambodia)

Meski banyak dukungan yang datang, banyak pihak menilai nominasi ini hanya syarat kepentingan politik. Seperti Netanyahu yang menghadapi kecaman dunia atas perang Gaza yang menewaskan puluhan ribu warga sipil. Begitu pula dengan beberapa negara pendukung lain yang dipimpin rezim otoriter.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet justru melihat sebaliknya. Ia menyebut bahwa pengejaran perdamaian yang konsisten oleh Trump selaras dengan visi Alfred Nobel. Namun, catatan sejarah Nobel menunjukkan bahwa penghargaan ini seringkali dipenuhi kontroversi, seperti pada kasus Aung San Suu Kyi. Dengan demikian, pencalonan Trump tak lepas dari perdebatan tajam di tingkat global.

Apakah Donald Trump benar-benar layak meraih Hadiah Nobel Perdamaian 2026 atau justru pencalonannya hanya menjadi simbol politik global? Dunia kini menanti keputusan Komite Nobel, yang sekali lagi harus menyeimbangkan antara prestasi diplomasi dengan kontroversi para pendukungnya.


Editorial Team