Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyetujui penjualan jet tempur F-35 ke Arab Saudi. Ini menjadi keputusan yang kembali menegaskan kedekatan hubungan pertahanan kedua negara di tengah kekhawatiran serius soal potensi kebocoran teknologi ke China.
Persetujuan itu disampaikan saat Putra Mahkota, Mohammed bin Salman, melakukan kunjungan resmi ke Washington pekan ini.
Pejabat dalam pemerintahan Republik masih terbelah. Sebagian menilai pemberian akses Arab Saudi ke pesawat tempur tercanggih AS dapat membuka celah bagi China, mitra strategis Riyadh, untuk mempelajari teknologi siluman dan sensor generasi kelima milik F-35.
Kekhawatiran serupa juga muncul terkait posisi Israel, yang selama ini mempertahankan keunggulan militer di kawasan dengan dukungan AS.
Trump mendorong penjualan tersebut bersamaan dengan upayanya mendapatkan dukungan Israel untuk rencana perdamaian Gaza yang diajukannya. Israel juga menjadi satu dari 19 negara yang telah mengoperasikan atau memesan F-35 dan menggunakannya dalam konflik dengan Iran pada Juni 202t lalu.
Bagi AS, penjualan ke Arab Saudi menambah dinamika baru dalam persaingan teknologi dengan China serta menimbulkan pertanyaan tentang risiko keamanan jangka panjang. Namun, Gedung Putih menilai manfaat strategis dari memperkuat hubungan pertahanan dengan Riyadh lebih besar dari potensi konsekuensi negatifnya.
Kesepakatan ini juga menyoroti kembali peran F-35 sebagai proyek pertahanan paling mahal dalam sejarah Pentagon, sekaligus sistem senjata yang masih menuai kontroversi karena catatan kesiapan dan biaya perawatannya.
