Presiden Tiongkok Xi Jinping mengunjungi Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, pusat penyebaran virus COVID-19, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/Xie Huanchi/Xinhua via REUTERS
Taiwan merasa dirugikan oleh WHO karena meski melaporkan total kasus yang relatif rendah, pemerintah Vietnam, Italia dan Filipina memberlakukan larangan kunjungan dari pulau tersebut. Keputusan itu pada akhirnya dicabut oleh Vietnam dan Filipina usai mengetahui duduk persoalannya.
Baru-baru ini, Taiwan mengungkap bahwa WHO tidak membagikan informasi terkait jumlah kasus dan penanganan COVID-19 yang diberikannya kepada negara-negara lain. Sebelumnya, Taiwan mengatakan WHO tidak memedulikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya pada awal wabah terjadi.
Reuters mengutip komentar pemerintah Taiwan yang menilai ini sama dengan WHO bermain politik dengan nyawa penduduk Taiwan. Taipei menilai WHO tunduk pada tekanan Beijing untuk mengeliminasi partisipasinya dalam organisasi itu. Apalagi WHO beberapa kali memuji Tiongkok perihal penanganan virus corona baru.
Minggu lalu WHO mengaku mengikuti perkembangan COVID-19 di Taiwan dan terus bekerja sama dengan para pakar kesehatan di sana. Geram, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou menegaskan bahwa WHO perlu "terus mengkaji sejumlah pembatasan tidak masuk akal yang dijatuhkan kepada Taiwan berdasarkan pertimbangan politik".
"Oleh karena ini, berbagai lembaga kesehatan di banyak negara tidak mengerti situasi terkini, kebijakan pencegahan dan langkah-langkah karantina perbatasan Taiwan dari informasi yang disediakan oleh WHO," kata Ou. "Ini menunjukkan apa yang dikatakan WHO dalam pernyataannya bahwa organisasi itu belajar dari semua wilayah, termasuk Taiwan, untuk membagikan 'langkah terbaik' dengan dunia berbeda dari fakta sebenarnya."