Melansir VOA News, William Davison, analis senior International Crisis Group untuk Ethiopia, mengatakan bahwa tindakan pemerintah yang menegaskan kekuasaan di Tigray dapat mengacaukan dialog damai dengan TPLF.
“Tidak jelas dengan siapa mereka akan bernegosiasi jika mereka berhasil. Jadi, lebih mirip 2020 daripada 2022. Artinya pada 2022, ada fokus pada penyelesaian yang dinegosiasikan sebelum dimulainya kembali konflik. Tetapi jika mereka mencoba untuk mengambil alih Tigray, tidak jelas dengan siapa mereka akan bernegosiasi pada akhirnya,” kata Davison.
Konflik antara kedua pihak sudah hampir berlangsung selama 2 tahun, tapi belum ada tanda-tanda perdamaian dalam waktu dekat. Di tahun ini, sempat ada gencatan senjata selama lima bulan, tapi konflik berlanjut pada Agustus.
Perundingan damai Ethiopia-TPLF telah dijadwalkan berlangsung di Afrika Selatan pada awal bulan ini, tapi pembicaraan gagal terlaksana karena kedua pihak tidak setuju mengenai tempat dan mediator rekonsiliasi.
Kepala Institut Horn untuk Studi Strategis, Hassan Khannenje, mengatakan segala cara perlu digunakan untuk membawa masing-masing faksi ke meja perundingan.