Ilustrasi narkoba. (Pexels.com/MART PRODUCTION)
Pada 2009, saat menjabat sebagai ketua Komisi Hak Asasi Manusia, De Lima memimpin penyelidikan atas pembunuhan besar-besaran terhadap tersangka narkoba di bawah pemerintahan Duterte, yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Davao.
Dalam penyelidikan itu, ia gagal menemukan orang yang bersedia bersaksi di depan umum melawan kasus tersebut. Dia kemudian menjabat sebagai menteri kehakiman.
Pada 2016, Duterte memenangkan kursi kepresidenan dengan selisih yang besar setelah menyereku anti-kejahatan. Di tahun itu, De Lima terpilih menjadi anggota Senat dan kembali melakukan penyelidikan atas kampanye Duterte dalam melawan narkoba.
Namun, pihak berwenang membuka kasus terhadapnya, memperoleh kesaksian dari gembong narkoba yang dipenjara dan kemudian menahannya.
Selama pemerintahan Duterte, ada lebih dari 6 ribu orang yang sebagian besar orang miskin, terbunuh dalam pemberantasan narkoba. Kelompok HAM mengatakan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.
Pembunuhan terhadap mereka yang terlibat kasus narkoba telah membuat Pengadilan Kriminal Internasional membuka penyelidikan, yang diduga sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Meski berada dalam penjara selama bertahun-tahun, De Lima terus mengeluarkan ratusan pernyataan tulisan tangan sebagai senator, sebagian besar berisi kritiknya terhadap pemerintahan Duterte dan pemikirannya tentang penguatan HAM.