Suasana peringatan kepergian mendiang Wali Kota Seoul Park Won-soon di Seoul City Hall Plaza, Korea Selatan, pada 11 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji
Kematian Park memang ditangisi oleh ratusan pendukungnya, begitu juga sekitar 10 juta warga Seoul yang terkejut. Namun, sosoknya melahirkan kontroversi sebab sebelum ajal menjemput, Park sempat dituding melakukan pelecehan seksual.
Mantan sekretaris Park yang bekerja dengannya pada 2017, mengajukan gugatan resmi dua hari sebelum kematian politisi yang digadang-gadang sebagai pengganti Presiden Moon Jae-in itu.
Menurut gugatan yang diterima polisi, mantan sekretaris Park mengaku kerap menerima pesan-pesan lewat Telegram dari bosnya itu. Ia juga mengaku bahwa masih ada perempuan-perempuan lain yang menjadi korban pelecehan Park.
Terungkapnya informasi itu membuat adanya petisi online yang sudah ditandatangani oleh lebih dari 500.000 orang. Mereka meminta agar pemakaman Park tidak diselenggarakan layaknya seorang Wali Kota.
Beberapa bahkan memasukkan petisi resmi ke Pengadilan Administratif Seoul untuk mencegah kota itu mengadakan lima hari berkabung. Namun, pihak pengadilan memutuskan untuk menolak petisi itu dan pemakaman berlangsung sesuai tata cara yang berlaku.
Park terpilih sebagai Wali Kota Seoul pada 2011 dan telah menjabat selama tiga periode. Ini merupakan masa jabatan terakhirnya. Publik memilihnya untuk memimpin Seoul mengingat perjuangannya untuk mewujudkan kebijakan yang berpusat pada manusia dan kesetaraan, termasuk menekan harga rumah dan memperkuat program kesejahteraan bagi penduduk.