Dalam insiden lain, kata telegram itu, tentara bahkan menembak salah satu perwira mereka sendiri. Sir Alan mengatakan, "Seorang perwira ditembak mati oleh pasukan sendiri, nampaknya karena dia ragu-ragu dalam memberi perintah. Seorang pasukan menjelaskan bahwa mereka akan ditembak jika mereka tidak menembak perwira tersebut."
"Perkiraan minimum, 10.000 rakyat sipil meninggal."
Jumlah ini tentu saja jauh lebih banyak dibandingkan versi pemerintah Tiongkok yang dirilis pada akhir Juni 1989 yang menyatakan ada 200 warga sipil dan beberapa lusin petugas keamanan tewas yang tewas dalam "kerusuhan kontra-revolusioner" antara militer dan demonstran pada tanggal 4 Juni 1989.
Tidak pernah ada angka pasti jumlah korban tewas, namun pada pagi hari tanggal 4 Juni, Palang Merah Tiongkok memperkirakan ada 2.700 orang telah terbunuh.
Pada tahun 2014 lalu, sebuah berkas rahasia yang dirilis oleh pemerintah AS mengutip sumber militer Tiongkok yang mengatakan bahwa diyakini ada 10.454 orang telah terbunuh, sebuah angka yang sesuai dengan perkiraan Sir Alan.
Pemerintah Tiongkok sendiri selalu menyatakan tindakan mereka terhadap demonstrasi di Lapangan Tiananmen sebagai "pembelaan yang sah terhadap sebuah kerusuhan kontra-revolusioner" atau pemberontakan.
Pada malam tanggal 3 Juni 1989, United Press International melaporkan bahwa sebuah pernyataan berulang kali disiarkan di televisi Tiongkok.
Pernyataan tersebut mengatakan, "Malam ini sebuah pemberontakan kontra-revolusioner yang serius telah terjadi. Para preman dengan geram menyerang pasukan Tentara Pembebasan Rakyat, merebut senjata, mendirikan barikade, memukul para tentara dan perwira dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah Republik Rakyat Cina."
"Selama berhari-hari, Tentara Pembebasan Rakyat telah melakukan pembiaran dan sekarang dengan tegas melawan pemberontakan tersebut. Semua orang yang menolak untuk tunduk harus bertanggung jawab penuh atas tindakan dan konsekuensinya."