Anggota boyband K-pop Korea Selatan BIGBANG G-Dragon pergi setelah resmi keluar dari tentara di Yongin, Korea Selatan, pada 26 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Heo Ran
Keberhasilan Korea Selatan itu bisa dikatakan terwujud berkat kerja sama antara pemerintah dan agensi hiburan yang semakin meluaskan pengaruh Diplomasi Hallyu. Dilansir dari CNN, pada 2011 saja KTO dilaporkan membayar SM Entertainment sebesar USD264.000 (saat ini sekitar Rp3,7 miliar) untuk mengadakan konser di Prancis.
Tujuannya tak hanya mempromosikan industri hiburan Korea Selatan, tapi juga mendorong kunjungan wisatawan asing ke sana. Prancis dipilih karena menurut survei KTO terhadap 3.775 penggemar K-Pop, sebanyak 9 dari 10 berharap bisa berkunjung ke Korea Selatan.
Bahkan, BTS mendobrak batasan bahasa dan budaya dengan mengadakan konser akbar di Arab Saudi pada pertengahan Oktober lalu. Mereka adalah artis non-Arab pertama yang sukses tampil di Stadion Internasional King Fahd, Riyadh. Sebanyak 30.000 penggemar hadir di sana, baik laki-laki mau pun perempuan.
Jeff Benjamin, kolumnis The New York Times, menyebut ada yang spesial dengan BTS. Ini juga berlaku pada banyak grup K-pop. Mereka sanggup mengombinasikan nyanyian, tarian dan berbagai aksi menghibur lainnya sehingga penggemar dari internasional merasa dekat.
"Banyak sekali konten tambahan, elemen-elemen yang membuat orang bersemangat terhadap musik mereka sehingga mereka mampu melampaui batasan bahasa. Bahasa tidak sepenting lagu itu sendiri," tulisnya.