Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. (Instagram.com/jacindaardern)
Perbedaan antara Selandia Baru dan mitra dagangnya (Tiongkok) menjadi sulit untuk dipertemukan karena menurut PM Ardern mengelola hubungan tidak selalu mudah dan tidak ada jaminan.
Dilansir Reuters (3/5/2021), dalam pidatonya di CBS, PM Ardern menyampaikan bahwa: "Tidak akan luput dari perhatian siapa pun di sini bahwa ketika peran Tiongkok di dunia tumbuh dan berubah, perbedaan antara sistem kami dan kepentingan serta nilai-nilai yang membentuk sistem itu, menjadi semakin sulit untuk dipertemukan. Ini adalah tantangan yang sedang kita hadapi dan banyak negara lain di kawasan Indo Pasifik, serta di Eropa dan kawasan lain."
Ia juga menambahkan bahwa ada hal-hal yang "tidak, tidak bisa, dan tidak akan disetujui" antara Tiongkok dan Selandia Baru. Walaupun begitu, dengan jelas PM Ardern mengatakan bahwa, ia tidak melihat perbedaan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipertemukan, dan mengatakan bahwa "hubungan tetap kuat".
Pemerintah Selandia Baru sedang berupaya menyeimbangkan komitmen terhadap HAM dengan tuntutan mitra dagang terbesarnya.
Seperti yang diketahui, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar bagi Selandia Baru, dimana Tiongkok mengambil hampir sepertiga dari ekspor Selandia Baru. Bahkan sejak November 2020, nilai ekspor ke Negeri Tirai Bambu sendiri telah lebih besar daripada gabungan empat mitra dagang Selandia Baru lainnya, seperti: Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang.