Kementerian luar negeri Yunani mengatakan, bahwa negaranya memiliki hak berdaulat di wilayah yang ingin dipertahankan "dengan segala cara hukum, dengan menghormati hukum laut internasional."
Pernyataan tersebut mengutip perjanjian antara Athena-Mesir tahun 2020. Dimana keduanya menetapkan ZEE mereka masing-masing di Mediterania timur. Para diplomat Yunani menilai, pakta keduanya efektif dalam membatalkan kesepakatan Turki-Libya pada 2019.
"Setiap penyebutan atau tindakan yang menegakkan 'memorandum' tersebut akan secara de facto tidak sah dan tergantung pada bobotnya, akan ada reaksi di tingkat bilateral dan di Uni Eropa dan NATO," kata kementerian luar negeri Yunani dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The New Arab.
Melalui pernyataan resmi Kementerian luar negeri Mesir, Menteri Luar Negeri Sameh Shoukry mengatakan telah menerima pesan dari mitranya dari Yunani, yakni Nikos Dendias. Keduanya membahas perkembangan di Libya.
Mereka berdua menegaskan, bahwa “pemerintah persatuan’ yang akan keluar di Tripoli, tidak memiliki wewenang untuk membangun perjanjian internasional atau nota kesepahaman” ujar pernyataan resmi kementerian.
Dendias mem-posting di Twitter mengenai perbincangan dengan Shoukry, mengatakan bahwa kedua belah pihak menentang "legitimasi Pemerintah Persatuan Nasional Libya untuk menandatangani MoU tersebut,”, dia juga akan mengunjungi Kairo untuk konsultasi lebih lanjut pada Minggu nanti.