Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penangkapan. (Pixabay.com/KlausHausmann)

Jakarta, IDN Times - Ernest Moret, 28, manajer hak asing untuk penerbit Prancis Editions La Fabrique, ditangkap di Inggris, pada Senin malam (17/4/2023). Dia berada di Inggris untuk menghadiri pameran buku di London.

Moret diinterogasi oleh polisi Inggris tentang partisipasinya dalam protes terhadap kebijakan yang menaikkan usia pensiun di Prancis. Kebijakan tersebut tidak populer dan ditentang masyarakat.

1. Ditahan setelah menolak mengungkap kode sandi telepon

Ilustrasi penangkapan. (Pexels.com/Kindel Media)

Dilansir The Guardian, Moret pergi ke Inggris dengan kereta Eurostar, dan tiba di stasiun St Pancras  pada pukul 19:15 bersama rekannya Stella Magliani-Belkacem, direktur editorial penerbit tempatnya bekerja.

“Ketika kami berada di peron, dua orang, seorang perempuan dan seorang pria, memberi tahu kami bahwa mereka adalah polisi antiteroris. Mereka menunjukkan makalah berjudul pasal 7 Undang-Undang Terorisme tahun 2000 dan mengatakan bahwa mereka berhak bertanya kepadanya tentang demonstrasi di Prancis. Saya masih gemetar. Kami kaget dengan apa yang terjadi," kata Magliani-Belkacem.

Magliani-Belkacem mengatakan saat rekannya dimintai keterangan oleh polisi, ia menelepon temannya Sebastian Budgen, seorang editor senior di Verso Books di London. Budgen kemudian mengatur agar seorang pengacara mengunjungi Moret.

Pengacara menelepon Budgen pada pukul 01.00 pada hari Selasa untuk mengonfirmasi bahwa Moret telah ditangkap karena penolakannya untuk memberi tahu polisi kode sandi ponsel dan laptopnya yang disita.

2. Diperiksa berdasarkan undang-undang mengenai terorisme

Ilustrasi Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir BBC, kepolisian mengatakan mereka memeriksa Moret berdasarkan Jadwal 7 Undang-Undang Terorisme 2000. Aturan itu memberi polisi kekuatan yang luas untuk menggeledah orang di perlintasan perbatasan untuk memeriksa apakah mereka terlibat dalam terorisme.

"Sekitar jam 1930 pada hari Senin, 17 April, seorang pria berusia 28 tahun dihentikan oleh petugas pelabuhan saat dia tiba di stasiun St Pancras, menggunakan kekuatan di bawah Jadwal 7 Undang-Undang Terorisme 2000," kata polisi.

"Pada hari Selasa, 18 April, pria tersebut kemudian ditangkap karena dicurigai dengan sengaja menghalangi pemeriksaan Jadwal 7 (bertentangan dengan pasal 18 Undang-Undang Terorisme 2000). Penyelidikan berlanjut."

Pamela Morton, penyelenggara buku dan majalah senior di National Union of Journalists, mengecam tindakan polisi terhadap Moret. Dia mengatakan  ada surat terbuka yang ditandatangani oleh penerbit dan penulis Prancis di majalah berita L'Obs meminta otoritas Inggris untuk segera membebaskan Mr Moret.

"Kami juga mendesak pihak berwenang Prancis untuk campur tangan guna menjamin perlindungan warga negara mereka terhadap tindakan represif seperti itu," kata Morton.

Moret telah dibebaskan dengan jaminan pada Selasa malam.

3. Pemerintah Prancis dituduh menekan demonstran

Bendera Prancis. (Pexels.com/Atypeek Dgn)

Pernyataan bersama Siaran pers bersama dari Verso Books dan Editions la Fabrique mengutuk perlakuan terhadap Moret sebagai skandal.

"Para petugas polisi mengklaim bahwa Ernest telah berpartisipasi dalam demonstrasi di Prancis sebagai pembenaran untuk tindakan ini, pernyataan yang sangat tidak pantas untuk dibuat oleh seorang petugas polisi Inggris, dan yang tampaknya dengan jelas menunjukkan keterlibatan antara otoritas Prancis dan Inggris dalam urusan ini."

"Kami menganggap tindakan ini sebagai pelanggaran prinsip-prinsip dasar kebebasan berekspresi yang keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan dan contoh penyalahgunaan undang-undang anti-terorisme."

“Hal itu menyebabkan bau busuk di pameran buku London dan ada bau busuk yang besar di Prancis juga ada pendekatan yang semakin represif oleh pemerintah Prancis terhadap demonstrasi, baik dalam hal kekerasan polisi, tetapi juga dalam hal pengekangan keamanan," kecam Budgen.

Ratusan ribu orang turun ke jalan di Prancis pada bulan lalu untuk menentang kebijakan kenaikan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. Kebijakan yang tidak populer itu ditandatangani menjadi undang-undang pada minggu ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team