Dalam penggerebekan yang dilakukan oleh kepolisian Hong Kong, pihak berwajib menyebut bahwa itu adalah sebuah kelompok yang bernama Returning Valiant. Mereka disebutkan mulai membuat sebuah "laboratorium" untuk membuat bahan peledak baru-baru ini.
Menurut The Guardian, dalam penggerebekan yang dilakukan, polisi menemukan "manual operasi" yang diduga berisi rencana serangan pada awal Juli. Uang tunai senilai 10.300 dolar Hong Kong atau sekitar Rp19,2 juta, serta mata uang asing senilai 1.300 dolar AS atau sekitar Rp18,8 juta juga ditemukan. Selain itu, ada juga bahan baku pembuat bom bernama triacetone triperoxide (TATP).
TATP juga dikenal sebagai "Mother of Satan", sebuah bahan peledak yang memiliki daya 80 persen lebih kuat dibandingkan dengan TNT. Bahan peledak ini pernah ditemukan dalam serangan Paris pada 2015, pengeboman Brussel pada 2016, juga ledakan di dalam negeri yakni Sidoarjo pada tahun 2018.
Steve Li menjelaskan bahwa "satu (orang) bertanggung jawab atas pengadaan bahan kimia dan bahan lain yang dibutuhkan untuk rencana tersebut, sementara sekelompok kecil orang lainnya membuat bom, menggunakan peralatan kimia. Ada juga tim survei dan tim aksi, yang bertanggung jawab untuk meletakkan bom."
Polisi menyita barang-barang tersebut dan dijadikan sebagai barang bukti. Lebih dari itu, polisi juga membekukan rekening dana 77.200 dolar AS atau sekitar Rp1,1 miliar. Rekening tersebut milik salah satu tersangka, yang diduga kuat sebagai sumber dana.