Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Rusia. (instagram.com/lyric_poetry)
Ilustrasi bendera Rusia. (instagram.com/lyric_poetry)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Republik Rakyat Donetsk (DPR), pada Senin (19/9/2022), menyatakan keinginannya untuk segera bergabung dengan Rusia. Pengumuman ini diutarakan setelah Republik Rakyat Luhansk berencana menggelar voting referendum sesegera mungkin. 

Donetsk dan Luhansk diketahui sudah dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia sejak 2014. Namun, Rusia sudah mengakui kemerdekaan dua wilayah tersebut sejak 21 Februari. Pengakuan juga diberikan oleh Suriah dan Korea Utara beberapa bulan setelahnya. 

1. Donetsk ingin adakan referendum bersama Luhansk

Pernyataan di atas diungkapkan langsung oleh pemimpin Republik Rakyat Donetsk (DPR), Denis Pushilin. Lewat telepon, ia mengajak pemimpin Republik Rakyat Luhansk untuk mengadakan referendum bersama agar segera bergabung dengan Rusia. 

Keterangan dari Pushilin mendapat dukungan penuh dari Kepala Perwakilan Rakyat Donetsk, Aleksandar Kofman. Ia juga mendesak pemerintah segera menggelar referendum sesegera mungkin. 

"Semua dari kami merasakan dan tahu dalam waktu yang lama bahwa Donbass adalah Rusia. Kami sudah berjuang untuk ini selama 8 tahun. Maka dari itu, kami merasakan serangan di rumah kami, jalanan, rumah sakit, sekolah, dan taman kanak-kanak," papar Kofman, dilansir RT.

"Kami ingin perbatasan Federasi Rusia berada di antara kami dan Ukraina. Kami ingin sekali lagi menjadi bagian dari Tanah Air kami yang besar, Rusia. Rakyat Donbass layak mendapatkan itu," tambahnya. 

2. Luhansk nyatakan keinginan segera bergabung dengan Rusia

Selain Donetsk, rencana percepatan referendum bergabung dengan Rusia sudah diungkapkan oleh Perwakilan Rakyat Republik Rakyat Luhansk (LPR). Mereka mendesak agar pemimpin LPR, Leonid Pasechnik, mempercepat proses tersebut. 

"Penduduk Donbass sudah memilih pada 2014 dalam referendum kemerdekaan Republik Rakyat Luhansk, dan kami sudah menunggu dan percaya bahwa yang kedua akan dilangsungkan. Kami ingin kembali ke Tanah Air kami, Federasi Rusia," tutur Lina Vokalova. 

"Penyelenggaraan voting sangat krusial saat ini untuk republik ini. Pasalnya, kelompok nasional Kiev sudah melebihi batas yang seharusnya. Kelompok Nazi telah menyerang dan melakukan aksi terorisme kepada masyarakat sipil di LPR. Mereka berniat menakuti kami dan mencoba mengubur cita-cita kami serta rencana besar kami untuk bergabung dengan Rusia," sambungnya.  

3. Ukraina dituding lakukan serangan ke Donetsk

Wali Kota Donetsk di bawah administrasi pro-Rusia, Alexei Kulemzin, mengatakan bahwa rentetan ledakan sudah terjadi di Donetsk dalam beberapa hari terakhir. Serangan tersebut mengakibatkan 13 orang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka. 

Pemerintah setempat mengungkapkan, sembilan rudal berkaliber 150 mm sudah ditembakkan ke Distrik Kuibyshevsky, Donetsk. Tembakan itu disebut berasal dari sejumlah desa yang berada di bagian barat kota, dikabarkan BBC.

Menanggapi serangan ini, Pushilin menuding pasukan Ukraina dengan sengaja menargetkan warga sipil di halte, pusat komersial, dan bank. Pasalnya, tentara Ukraina berhasil mengambil alih bagian barat kota, meski wilayah kota masih diduduki oleh pasukan Rusia. 

Akan tetapi, kabar tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya dari pihak independen, karena sulitnya akses ke dalam teritori yang diduduki oleh separatis pro-Rusia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team