Dr Marwan Al Sultan, Pahlawan Kemanusiaan yang Jadi Korban Perang Gaza

Intinya sih...
Dr Marwan Al Sultan, dokter terhormat di Gaza, menjadi simbol keteguhan dan pengabdian di tengah krisis Gaza
Kematian dr. Marwan disebut sebagai "kerugian besar bagi masa depan kesehatan Gaza"
Jakarta, IDN Times - Direktur Rumah Sakit Indonesia, dr. Marwan al-Sultan menjadi korban serangan Israel di Gaza. Ia ditemukan tewas bersama istri dan anaknya, serta kerabatnya di apartemen mereka.
Israel sengaja menargetkan rumahnya di dekat persimpangan ke-17 di sebelah barat Kota Gaza. Dalam pernyataan resmi, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengutuk pembunuhan itu sebagai kejahatan keji.
Menurut mereka, serangan Israel merupakan bagian dari kampanye serangan sistematis terhadap personel medis dan kemanusiaan.
"Kejahatan ini merupakan kelanjutan dari metodologi berdarah dan penargetan yang direncanakan sebelumnya terhadap pekerja medis," kata kementerian tersebut.
Mereka memuji Marwan sebagai simbol dedikasi, keteguhan, dan kesetiaan yang berdiri di garis depan. Seperti apa sosok dr Marwan Al Sultan? Berikut profilnya:
1. Dokter yang dihormati
Dr Marwan merupakan salah satu dokter di Gaza yang paling dihormati. Ia memainkan peran kepemimpinan penting di Rumah Sakit Indonesia. Marwan berperan penting dalam merawat ribuan pasien yang terluka oleh pasukan pendudukan Israel, khususnya selama eskalasi baru-baru ini.
Ia diketahui sebagai ahli kardiologi (spesialis jantung). Dr Marwan merupakan salah satu dari dua konsultan kardiologi yang tersisa di wilayah utara Gaza.
Ia menjadi dokter ke-70 yang tewas dalam 50 hari terakhir, mencerminkan serangan sistematis terhadap tenaga medis di Gaza. Marwan dianggap simbol keteguhan, belas kasih, dan pengabdian di saat Gaza mengalami krisis berkepanjangan.
2. Sumber informasi penting bagi media
Selain menjadi dokter, Marwan disebut juga merupakan aktivis kemanusiaan. Ia kerap menjadi sumber informasi penting bagi media internasional.
Marwan telah memimpin pelayanan medis sejak 2016. Rumah sakit tersebut berlokasi di Beit Lahia, Gaza utara, dan menjadi salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih bertahan sejak awal agresi Israel pada Oktober 2023.
Ia kerap menyerukan kepada komunitas internasional agar melindungi rumah sakit dari aksi militer, terutama setelah Israel menuduh RS Indonesia menjadi basis Hamas—tuduhan yang tidak pernah dibuktikan secara faktual.
3. Kematiannya mengguncang dunia
Organisasi pengawas tenaga medis internasional mencatat, lebih dari 1.400 tenaga kesehatan telah gugur di Gaza sejak Oktober 2023. Dalam 50 hari terakhir, setidaknya 70 tenaga medis tewas. Gugurnya Dr. Marwan disebut sebagai "kerugian besar bagi masa depan kesehatan Gaza" oleh organisasi Healthcare Workers Watch.
Kementerian Luar Negeri RI telah menyampaikan duka cita mendalam dan mengecam keras serangan tersebut. Pemerintah Indonesia juga menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung rakyat Palestina, serta meminta komunitas internasional menindak kejahatan perang yang dilakukan Israel terhadap fasilitas sipil dan tenaga medis.
Marwan bukan hanya simbol dedikasi, namun juga menjadi bukti perlawanan terhadap kekejaman perang. Ia tetap berada di Gaza untuk merawat korban hingga akhirnya menjadi korban kekejaman itu sendiri.