Dubes RI untuk Kolombia Priyo Iswanto, 11 Februari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)
Sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Presiden waktu pelantikan agar para dubes itu lebih memfokuskan kinerja pada peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Oleh karena itu, kami pegang pesan Bapak Presiden itu, dan kami terjemahkan di sini ke dalam beberapa kegiatan.
Tapi yang penting digarisbawahi bahwa Kolombia ini merupakan ekonomi keempat di Amerika Latin, dan pada tahun 2019 yang lalu telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi di atas 3 persen dan merupakan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Amerika Latin. Demikian juga Indonesia ya, merupakan kekuatan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara dan juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen sebuah prestasi yang sangat bagus karena di tengah kesulitan ekonomi global.
Dari dua kondisi dan situasi yang dimiliki itu sebenarnya dua negara ini memiliki potensi yang sangat besar untuk diterjemahkan menjadi kerja sama yang konkret di bidang ekonomi dan perdagangan.
Sementara itu, kita melihat potensi tapi yang kita lihat kenyataan bahwa kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang masih sangat terbatas dan saya bisa sampaikan masih jauh di bawah potensi yang kita miliki bersama. Ini menjadi tugas dan PR (pekerjaan rumah) bersama kita.
Tapi, meskipun jauh dari potensi itu, ada tren sejak 2017, hubungan ekonomi kedua negara mengalami kenaikan pelan-pelan. Dari sekitar 15 persen itu dan surplus selalu di pihak Indonesia, seperti contoh ya, pada tahun 2017 total perdagangan bilateral mencapai US$138,4 juta dolar, surplus di Indonesia. Ekspor dari Indonesia itu US$122,3 juta dolar, kemudian impor dari Kolombia hanya US$16 juta dolar
Jadi kalau dihitung surplusnya itu US$ 106 juta dolar lebih ya, jadi itu di atas 80 persen sendiri untuk surplusnya. Tahun 2018 juga meningkat volume perdagangan mencapai US$159,1 juta dolar, dan ekspor Indonesia mencapai US$141,08 juta dolar dan impor dari Kolombia hanya US$18 juta dolar.
Jadi naik sekitar US$2 juta dolar impor dari Kolombia. Dengan demikian, surplus juga sangat besar di pihak Indonesia. Tahun 2019, meskipun datanya belum komplit tapi juga menunjukan angka yang meningkat kurang lebih pada kisaran antara 15 persen tadi.
Apa saja produk yang diminati?
Kalau kita lihat item per item sangat panjang. Jadi, kalau kita lihat HS-nya panjang sekali sampai ratusan komoditi. Tapi bisa kita klasifikasikan, dari Indonesia banyak mengeskpor barang-barang manufaktur, khususnya untuk mendukung industri komputer, sparepart, electronic part, alat-alat kelistrikan, sparepart otomobil, ada juga garmen, ada juga bahan kimia.
Sementara kita mengimpor dari Kolombia machinery parts kemudian juga beberapa jenis kimia. Tapi kalau kita rinci saya mesti harus cek dengan HSNO, kimianya kimia apa, alat-alat permesinan juga apa.
Tapi yang sangat potensial dan selalu ingin didorong oleh Kolombia adalah kalau bisa memasukkan komoditas di produk pertanian. Sementara (untuk impor) dari kami, Indonesia kalau bisa kita tingkatkan pada produk industri strategis pertahanan, karena di sini memiliki potensi yang cukup besar untuk kerja sama di bidang itu, di sektor itu.