Tentara Soviet terlihat sedang berjaga di Afghanistan pada tahun 1988. (Wikipedia.org/A. Solomonov)
Rusia yang sebelumnya adalah negara raksasa Uni Soviet, pernah memiliki sejarah yang penuh ketegangan dengan Afghanistan. Soviet yang menguasai Asia Tengah, memandang Afghanistan sebagai bagian dari halaman belakang rumahnya, dan berusaha untuk menaklukkannya baik secara ideologis maupun secara wilayah.
Pertempuran antara Soviet dan Afghanistan terjadi setidaknya dalam satu dekade, yakni dari tahun 1979 sampai 1989. Invasi pertama kali dilakukan persis pada malam Natal, 24 Desember 1979.
Soviet yang komunis dengan pemerintah Afghanistan bertempur melawan kelompok gerilyawan Mujahidin, baik itu dari kalangan Sunni maupun Syiah. Dalam pertempuran yang menyebabkan ratusan ribu pasukan kehilangan nyawa di antara kedua belah pihak, Soviet saat itu pada faktanya tidak mampu menaklukkan kelompok gerilyawan Mujahidin tersebut.
Dampak perang ini besar karena termasuk menjadi salah satu sebab mengapa Soviet bubar dan kini mengecil menjadi Rusia. Kelompok Mujahidin saat itu juga mendapat bantuan dari banyak negara, termasuk Pakistan, Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Usai Uni Soviet pergi dari Afghanistan, perang saudara terjadi. Perang tersebut semakin brutal dan perebutan kekuasaan memakan ribuan korban jiwa kembali. Dari perang tersebut, muncullah faksi Taliban yang menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan sampai pada tahun 1996. Kelompok tersebut kemudian berkuasa dengan menerapkan hukum Islam sampai tahun 2001.
Pada tahun 2001 tersebut, Taliban digulingkan oleh Amerika Serikat dan Sekutu, karena dituduh menyembunyikan Osama bin Laden, seorang tokoh yang dinarasikan oleh Barat sebagai salah satu teroris paling top di dunia.
Dua puluh tahun sejak tahun 2001 Amerika Serikat dan Sekutu berperang melawan kelompok Taliban, gerilyawan itu menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok yang tangguh dan tak bisa disepelekan.
AS dan Sekutu terbukti tidak mampu sepenuhnya menguasai Afghanistan dengan pemerintahan dan militer yang disokongnya. Sejak pasukan AS dan asing kemudian memutuskan menarik diri dari Afghanistan secara bertahap sejak tahun 2020, secara cepat dan kilat Taliban terbukti unggul di lapangan jika dibandingan dengan pasukan Afghanistan yang dapat sokongan pelatihan Barat.
Secara cepat, kota-kota besar Afghanistan takluk dan terakhir ibukota Kabul juga jatuh di pelukan Taliban. Baik raksasa Soviet di masa lalu dan raksasa Amerika Serikat di masa kini, mereka berdua terbukti tidak mampu menundukkan gerilyawan Afghanistan. Dua negara adikuasa itu kelelahan berperang dengan kelompok gerilyawan dan memilih mundur.