Sementara itu, Vázquez pernah menjadi pusat perhatian pada tahun 2020 lalu, setelah ungkapannya di tahun 2006 berhasil diungkap. Ia mengaku di Pengadilan Militer bahwa ia menghitung ulang ekskusi dan penyiksaan yang dilakukannya pada masa diktator.
"Kami memang mengeksekusi, kami tidak membunuh, itu adalah dua hal yang berbeda. Kami tidak menyiksa, kami menekan karena tidak ada cara lainnya. Itu adalah yang dibutuhkan untuk membuat orang mengaku karena tidak ada cara lain untuk melawan dan saya bangga dengan apa yang telah saya lakukan" ujar Vázquez.
Di samping itu, ia juga menekankan bahwa ia hanyalah seorang tentara yang melakukan tugasnya sebaik mungkin dan tidak ada waktu untuk menyesalinya. Meskipun ia mengaku kerap kesulitan tidur lantaran terbayang seluruh orang yang ia siksa, tapi ia tetap tidak menyesal.
"Mereka akan mengajarkan pada cucuku bahwa saya adalah seorang pembunuh dan saya bukanlah pembunuh ataupun seorang bajingan. Saya harus membunuh dan saya bunuh dan saya tidak akan pernah menyesalinya" tambahnya.
Selama masa kepemimpinan diktator militer di Uruguay pada 1973-1985 diketahui sudah ada hampir 200 orang yang dilaporkan hilang dan diduga tewas akibat kekejaman rezim militer, dilaporkan dari laman Mercopress.