Seorang pria mengucapkan selamat tinggal kepada putrinya melalui jendela bus selama evakuasi penduduk lokal ke Rusia, di kota Donetsk yang dikuasai pemberontak, Ukraina, Sabtu (19/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko.
Pada Jumat lalu, Putin mengatakan bahwa dia tidak menyesal telah melakukan operasi militer khusus di Ukraina. Dia juga menggambarkan perang itu sebagai pertempuran eksistensial dengan Barat, yang agresif dan arogan lantaran ingin menghancurkan Rusia.
Tetapi, selama delapan bulan perang berlangsung, tujuan mandasar Rusia sepertinya masih jauh dari kata tercapai, dilansir The Straits Times.
Pasukan besar dari bekas negara adidaya telah ditundukkan di medan pertempuran oleh pasukan Ukraina, yang jauh lebih kecil namun didukung dengan senjata, intelijen, dan saran dari negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Puluhan ribu orang tewas di kedua sisi, menurut intelijen AS.
Bondarev, yang menyebut dirinya sebagai "diplomat di pengasingan" yang turun dari "kereta gila", adalah putra seorang ekonom di Kementerian Perdagangan Luar Negeri dan seorang guru bahasa Inggris di Institut Hubungan Luar Negeri (MGIMO) elit Moskow.
Dia memperingatkan bahwa setiap gencatan senjata hanya akan memberi Putin lebih banyak waktu.
“Gencatan senjata apa pun hanya akan memberi Rusia kesempatan untuk mempersenjatai kembali sebelum menyerang lagi. Hanya ada satu hal yang benar-benar dapat menghentikan Putin, dan itu adalah kekalahan total,” ungkapnya.