Calon Presiden Andres Arauz. twitter.com/ecuarauz/
Melansir dari AP News, terdapat 16 kandidat yang berkompetisi dalam pemilu presiden kali ini untuk menggantikan Presiden Lenín Moreno. Nantinya salah satu kandidat harus meraih suara 50 persen atau paling tidak 40 persen dengan 10 persen lebih tinggi dari kandidat nomor dua, demi menghindari ronde kedua pada 11 April.
Sebelumnya Lenin Moreno mendapatkan protes lantaran menerapkan kebijakan pro marketnya yang diharapkan dapat meningkatkan melambatnya ekonomi. Namun kebijakan tersebut menyulut kemarahan masyarakat hingga adanya demonstrasi besar selama 10 hari pada tahun 2019, dikutip dari CNN.
Namun pengaruh pemimpin sebelum Moreno, Rafael Correa di Ekuador masih besar lantaran mampu mengentaskan kemiskinan dalam jumlah besar di tahun 2000an, meski kini harus mengasingkan diri karena terjerat skandal korupsi. Lantas hal ini membuat kandidat sayap kiri Andrés Arauz difavoritkan unggul dalam pilpres Ekuador kali ini.
Arauz yang sempat menjabat sebagai menteri kebudayaan dan mengenyam pendidikan di Universitas Michigan mengampanyekan pajak tinggi bagi warga berpenghasilan tinggi. Serta akan menerapkan mekanisme perlindungan konsumen, kredit lokal dan bank umum serta lembaga penyimpanan.
Nantinya Andrez Arauz (35) akan berhadapan dengan calon kuat lainnya seperti Guillermo Lasso, seorang mantan bankir dan Yaku Pérez yang merupakan aktivis pro lingkungan dan masyarakat asli, dilaporkan dalam The New York Times.