Villavicencio mengatakan, utusan dari Macias telah menghubunginya dan mengancam akan membunuhnya jika terus menyinggung Los Choneros. Villavicencio percaya dukungan populer akan membuatnya tetap aman.
"Kamu adalah rompi anti peluru saya. Saya tidak membutuhkannya. Kamu adalah orang-orang pemberani dan saya sama pemberaninya dengan kamu. Bawa para gembong narkoba. Bawa pembunuh bayaran," kata Villavicencio dalam pertemuan publik di kota Chone, jantung wilayah Los Choneros.
Dilansir BBC, Villavicencio dalam kampanyenya berfokus pada korupsi dan narkoba. Dia adalah satu-satunya kandidat yang menuduh adanya hubungan antara kejahatan terorganisir dan pejabat Ekuador.
Kematiannya telah mengejutkan karena sebagian besar Ekuador selama beberapa dekade telah terhindar dari kekerasan geng narkoba, perang kartel, dan korupsi yang telah merusak banyak tetangganya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir kejahatan telah meningkat di negara itu didorong oleh pertumbuhan kartel narkoba Kolombia dan Meksiko.
Sehari sebelum pembunuhan, Villavicencio mengadu ke Kantor Kejaksaan Umum tentang dugaan penyimpangan dalam kontrak minyak yang dinegosiasikan selama pemerintahan mantan presiden Rafael Correa yang telah merugikan negara hingga 9 miliar dolar AS (Rp137,9 triliun).