Ilustrasi cuaca panas. (Sumber: pixabay.com/Dimhou)
Kepala Prediksi Jangka Panjang di BMKG Inggris, Prof Adam Scaife, mengatakan dampak fluktuasi siklus El Nino-La Nina dapat dilihat di sebagian besar wilayah di dunia.
"Sains sekarang dapat memberi tahu kita kapan hal-hal ini akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Jadi kami benar-benar perlu menggunakannya dan lebih siap, mulai dari kesiapan layanan darurat hingga tanaman apa yang akan ditanam," ungkap pernyataan dari Prof. Adam Scaife yang dikutip dari The Guardian.
Prof James Hansen dari Columbia University di New York, AS, bersama rekan-rekannya mengatakan pihaknya memprediksi 2024 kemungkinan besar akan keluar dari grafik sebagai tahun terhangat yang pernah tercatat.
Mereka menambahkan kecil kemungkinan La Nina akan berlanjut hingga tahun ke-4. Bahkan sedikit saja El Nino seharusnya sudah cukup untuk mencatat rekor suhu global.
Sementara El Nino akan menambah cuaca ekstrem, tingkat keparahan masih diperdebatkan di antara para ilmuwan. Prof Bill McGuire, dari University College London, Inggris, mengatakan ketika El Nino tiba, cuaca ekstrem yang mengamuk di seluruh planet Bumi pada 2021 dan 2022 lalu akan menjadi tidak berarti.
Sementara Prof Tim Palmer dari University of Oxford mengatakan hubungan antara cuaca ekstrem dan suhu rata-rata global tidak terlalu kuat. Tetapi, efek termodinamika dari perubahan iklim akan membuat anomali yang didapatkan dari tahun El Nino baru saja terjadi yang lebih ekstrem.