Presiden Joko "Jokowi" Widodo berkunjung ke Space X dan bertemu dengan Elon Musk. (Dok. Sekretariat Presiden)
Stasiun berita CNN edisi 27 April 2021 lalu pernah melaporkan Elon sudah membicarakan ambisinya untuk memindahkan manusia dari Planet Bumi ke Mars selama 20 tahun terakhir. Meski demikian, Elon mengakui proses untuk mewujudkan ambisi besarnya itu tidak akan mudah. Itu pula yang mendasari mengapa ia membangun SpaceX.
"Ini akan menjadi perjalanan panjang dan tidak nyaman. Anda bisa saja tidak akan kembali (ke bumi) dalam keadaan hidup. Itu sebabnya kami tidak akan memaksa siapapun untuk pergi. Ini hanya berlaku bagi sukarelawan saja," ungkap Elon ketika itu.
Elon berusaha mewujudkan ambisinya itu dengan membangun roket bernama Starship. Roket yang memiliki tinggi 120 meter itu dalam ambisi Elon mampu menjadi alat untuk membawa manusia dan kargo seberat 100 ton ke bulan dan Mars.
Namun, sayangnya prototipe roket Starship yang selama ini diujicobakan masih belum berhasil. Pada 4 Maret 2021 lalu, roket Starship yang diberi nama SN10 meledak setelah mendarat sempurna di daratan di Boca Chica, Texas.
Ini merupakan uji coba pertama roket Starship yang berhasil meluncur ke angkasa dalam waktu singkat lalu berhasil mendarat. Bahkan, Elon sempat mencuit bahwa roket Starship SN10 berhasil mendarat dalam keadaan yang utuh.
"Starship SN10 berhasil mendarat dalam keadaan utuh," demikian cuit Elon pada 4 Maret 2021 lalu.
Cuitan CEO SpaceX Elon Musk pada 4 Maret 2021 lalu ketika mengabarkan roket Starship SN10 berhasil mendarat di daratan Texas. (www.twitter.com/@elonmusk)
Proses peluncuran roket itu dapat disaksikan secara langsung di media sosial dan mendapat 3,7 juta views. Sayang, ketika prototipe itu sempat dikira berhasil mendarat, tiba-tiba roket SN10 meledak.
Namun, di dalam peluncuran itu tidak ada yang terluka. Hal itu lantaran roket tersebut tak dilengkapi awak manusia.
Elon menjelaskan apa yang keliru dalam proses peluncuran itu. Menurutnya, mesin prototipe SN10 memiliki daya dorong rendah. Mayoritas hal itu disebabkan konsumsi parsial helium dari tangki bahan bakar.
"Tumpuan dari pendaratan lunak roket SN10 -- dengan kecepatan kira-kira 10 meter per detik -- membebani kaki roket dan bagian pinggiran badan roket. Alhasil, posisi pendaratan tidak mumpuni," kata Elon seperti dikutip dari laman Firstpost pada 12 Maret 2021 lalu.