Kabar ditamparnya Presiden Emmanuel Macron tersebut segera menjadi berita nasional di Prancis dan ramai dibicarakan. Macron melakukan kunjungan ke Drome dalam rangka melihat perkembangan wilayah tersebut saat pandemi mulai mereda.
Dalam kunjungannya, Macron melihat sebuah sekolah perhotelan yang mengajarkan murid-muridnya bagaimana bekerja di restoran dan hotel.
Insiden penamparan Emmanuel Macron berjalan sangat cepat. Para pengawalnya segera melindungi presiden dan pengawal yang lain segera menarik dan membekuk pelaku.
Melansir France24, ketika Macron diwawancarai tentang insiden tersebut, ia menganggapnya sebagai sebuah masalah yang kecil yang dilakukan oleh seorang individu 'ultra-kekerasan.' Macron mengaku tidak dalam kondisi yang terancam dan dia tetap melanjutkan kunjungan kerja yang telah direncanakannya.
Pria yang menampar Macron itu adalah seorang royalis, yang memuja Prancis monarki, jauh sebelum Prancis berubah menjadi republik seperti saat ini. Dia meneriakkan "Montjoie! Saint Denis!" sebuah seruan peperangan yang telah berusia berabad-abad.
Selain itu, pria tersebut juga menyerukan "A bas la Macronie", atau "Turunkan Macron."
Drome sendiri adalah wilayah tenggara-selatan Prancis yang jauh, dengan jumlah penduduk setengah juta orang. Sedangkan kota yang dikunjungi Macron, Tain-l'Hermitage, memiliki sekitar 5 ribu penduduk.